Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik Calon Guru Penggerak Angkatan 11
Salam dan Bahagia,
Saya ATIRINA ZALUKHU, Â S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Nias Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman luar biasa dari perjalanan dua minggu terakhir dalam Pendidikan CGP. Melalui Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik, saya menciptakan ruang untuk merenung, belajar, dan berbagi apa yang telah saya dapatkan selama pembelajaran beberapa materi di modul 2.3 .
Â
Dalam mengekspresikan refleksi diri ini, saya memilih pendekatan yang sangat bermakna, yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future) yang diinisiasi oleh Dr. Roger Greenaway. Melalui proses ini, saya menyadari bahwa setiap peristiwa memiliki makna tersendiri, setiap perasaan adalah bagian dari perjalanan pertumbuhan, setiap pembelajaran membawa kita lebih dekat pada visi kita, dan setiap penerapan adalah langkah konkrit menuju perubahan.
Â
Jurnal ini, lebih dari sekadar kewajiban rutin, merupakan cerminan perjalanan emosional dan profesional saya. Saya mengajak diri saya sendiri untuk melihat lebih dalam, tidak hanya pada fakta dan temuan, tetapi pada esensi dari pengalaman tersebut. Dengan demikian, saya tidak hanya menulis tentang apa yang terjadi, tetapi juga tentang bagaimana itu memengaruhi hati dan jiwa saya.
Â
Dalam merangkai kata-kata ini, saya merasa berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang. Setiap peristiwa dan perasaan menjadi bahan bakar untuk pembelajaran, membuka jalan bagi penerapan yang lebih bijaksana di masa depan. Saya yakin bahwa setiap langkah kecil dalam perjalanan ini membawa saya lebih dekat pada visi saya sebagai seorang guru penggerak yang berdedikasi.
Â
Jadi, mari kita terus berjalan dengan keyakinan dan semangat, menggali kebijaksanaan dari setiap pengalaman, dan merangkul masa depan yang penuh dengan potensi dan kesempatan. Semoga setiap hal yang kita tulis dan kita alami hari ini menjadi landasan kokoh untuk perjalanan mendebarkan kita ke depan. Terima kasih atas kesempatan ini, dan mari kita terus berbagi cahaya kebaikan dalam dunia pendidikan.
 1. Fact (Peristiwa)
Â
Perjalanan saya dalam memahami Coaching untuk Supervisi Akademik pada modul 2.3 ini telah membawa saya melintasi konsep-konsep mendalam yang memperkaya pandangan saya tentang keberhasilan, pertumbuhan, dan pembelajaran.
Â
Mempelajari Coaching dalam dua dimensi, yaitu Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, telah membuka mata saya terhadap kekuatan kolaborasi dalam proses pembelajaran. Melalui paradigma berpikir dan prinsip coaching, saya menemukan bahwa coaching bukan sekadar metode, tetapi filosofi kehidupan yang mengedepankan solusi, hasil, dan sistematis.
Â
Menelusuri Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching membimbing saya untuk lebih memahami esensi dari membantu orang belajar daripada mengajarkan. Definisi yang diberikan oleh Grant (1999) dan International Coach Federation memberikan landasan kuat bahwa coaching bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan kemitraan bersama untuk menggali potensi pribadi dan profesional melalui proses stimulatif dan eksploratif.
Â
Setiap tugas dalam Sub Pembelajaran menjadi perjalanan berharga yang membawa saya lebih dekat pada peran seorang coach. Ruang Kolaborasi, dengan latihan dan praktik coaching, menjadi wadah berharga di mana saya merasakan dinamika memberikan bantuan dan berperan sebagai coach. Ini bukan hanya tugas, tetapi pengalaman hidup yang membentuk saya menjadi fasilitator peningkatan performa, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi bagi mereka yang dibimbing.
Â
Menggali lebih dalam tentang coaching bukan hanya sekadar menambah pengetahuan, tetapi meresapi filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saya semakin yakin bahwa membantu orang untuk belajar adalah kunci sejati dalam membentuk perubahan positif, dan melalui coaching, kita tidak hanya membuka pintu pembelajaran, tetapi juga menjelajahi lorong-lorong kreativitas dan potensi tak terbatas. Semoga setiap langkah dalam perjalanan ini tidak hanya meningkatkan diri saya sendiri, tetapi juga menjadi cahaya bagi pertumbuhan orang lain.
Â
2. Perasaan (Feeling)
Â
Sungguh luar biasa dan penuh rasa syukur saya menggali ilmu baru dalam perjalanan profesi sebagai seorang guru melalui Modul 2.3 ini. Ilmu mengenai coaching yang saya peroleh tidak hanya mempengaruhi eksistensi saya, tetapi juga mengubah paradigma dalam melaksanakan supervisi akademik.
Â
Dulu, supervisi akademik seringkali terasa sebagai evaluasi yang tegang dan kurang nyaman, dilakukan oleh supervisor dari pihak manajemen sekolah. Namun, sekarang, melalui perjalanan modul ini, paradigma supervisi akademik bermetamorfosis menjadi paradigma coaching dengan prinsip-prinsip yang membawa inspirasi dan kehangatan.
Â
Ilmu-ilmu baru yang saya peroleh dari modul ini memberikan dorongan semangat yang luar biasa. Forum diskusi di sesi ruang kolaborasi dan elaborasi bukan sekadar tempat pertukaran ide, tetapi juga ladang subur bagi pemahaman mendalam tentang materi ini. Saya yakin bahwa pengalaman ini bukan hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membentuk jiwa dan semangat saya untuk mengimplementasikan dengan penuh dedikasi.
Â
Dengan kekayaan ilmu yang saya peroleh, saya berharap dapat menjadi seorang coach yang sangat terampil. Saya ingin menerapkan coaching tidak hanya dalam hubungan dengan rekan sejawat, tetapi juga dalam mendampingi murid dan orang-orang terdekat dalam menemukan solusi kreatif terhadap setiap tantangan. Semoga setiap langkah perjalanan ini membawa dampak positif, tidak hanya bagi diri saya sendiri, tetapi juga bagi mereka yang saya bimbing dan dorong untuk mencapai potensi terbaik dalam hidup mereka.
Â
3. Pembelajaran (Findings)
Â
Supervisi akademik menjadi landasan penting untuk memastikan bahwa proses pembelajaran di sekolah benar-benar mengutamakan kesejahteraan dan perkembangan setiap murid, serta pengembangan kompetensi diri setiap pendidik. Dalam hubungan antar-guru, peran seorang coach menjadi kunci untuk membimbing coachee dalam menemukan kekuatan pribadinya dalam konteks pembelajaran. Pendekatan komunikasi melalui proses coaching menjadi sebuah wadah dialog emansipatif, tercipta dalam ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Â
Paradigma berpikir coaching memberikan kerangka kerja yang menekankan fokus pada pengembangan coachee, sikap terbuka, kesadaran diri yang kuat, serta kemampuan untuk melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yang melibatkan kemitraan, proses kreatif, dan maksimalisasi potensi menjadi landasan untuk mencapai hasil yang optimal. Kompetensi Inti Coaching, seperti kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot, menjadi keterampilan yang sangat penting dalam membangun hubungan coach-coachee yang efektif.
Â
Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA, yang melibatkan perencanaan, pemecahan masalah, refleksi, dan kalibrasi, menjadi metode yang menyeluruh untuk membimbing coachee menuju pertumbuhan dan pengembangan diri. Umpan Balik berbasis Coaching, baik melalui pertanyaan reflektif maupun data yang valid, menjadi instrumen yang sangat berharga dalam memberikan dukungan konstruktif.
Â
Supervisi akademik, sebagai serangkaian aktivitas, bertujuan memberikan dampak langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaannya, dua paradigma utama menjadi pilar utama, yaitu pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Dengan demikian, supervisi akademik bukan hanya evaluasi, tetapi sebuah proses pemberdayaan yang memperkuat kemampuan setiap pendidik untuk mencapai prestasi maksimal dan memaksimalkan potensi pembelajaran di sekolah.
Â
4. Penerapan ( Future)
Â
Setelah menyelami modul 2.3, saya merasa begitu bermotivasi untuk mengaplikasikan tiga kompetensi inti dalam seni coaching: kehadiran yang tulus, mendengarkan dengan sepenuh hati, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam setiap dialog coaching. Bagi saya, ini adalah panggilan spiritual untuk merancang rencana, merenung, menyelesaikan masalah, dan melakukan kalibrasi, menjadi ritus refleksi diri yang mengangkat jiwa ke dimensi yang lebih dalam.
Â
Dalam memberikan umpan balik, saya berusaha menjembatani setiap momen dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching, melihat setiap kesempatan sebagai peluang untuk menyentuh kebijaksanaan dan memberikan inspirasi. Rangkaian supervisi akademik yang saya terapkan diarahkan oleh landasan kuat paradigma berpikir coaching, menjadi fondasi yang mengokohkan upaya saya dalam mendukung pertumbuhan dan pembelajaran.
Â
Namun, saya tak berhenti di situ. Dengan semangat yang berkobar, saya mengejar keunggulan dalam seni coaching. Saya percaya bahwa setiap latihan, setiap praktik coaching dengan rekan sejawat, murid, dan siapapun yang membutuhkan bimbingan, adalah perjalanan menuju kebijaksanaan yang lebih tinggi. Setiap momen latihan adalah peluang untuk menambah jam terbang, menyerap pengalaman, dan menciptakan ruang bagi pertumbuhan.
Â
Visi saya menjelajahi jauh ke cakrawala, di mana seni coaching bukan hanya keterampilan, melainkan mantra yang menciptakan kehidupan yang lebih berarti. Saya merintis alur inspirasi, membimbing orang lain menuju cahaya pengetahuan, dan menciptakan warisan positif yang akan terus bersinar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H