Oleh: Atin Mintarsih
Luka teramat sadis dalam diam
Meringis tak ada yang memperdulikan
Sebuah harapan kebersamaan yang hanya sekedar khayalan
Luka perih yang teramat dalam kesendirian
Berbuah pedih yang tak terelakkan
Berdayung pilu tanpa harapan dan angan
Kenyataan hidup seperti sebuah pensil
Memberi manfaat untuk kehidupan
Kemudian habis meniggalkan goresan kenangan
Yang terkadang sang pemilik tak lagi memperdulikan
Mengerdilkan kenyataan bahkan dianggap tak bebrarti
Tidakkah merasa hina dalam raga yang nestapa
Sudah merasa lelah dan lemah
Tidakkah merasa malu meminta namun tak lagi peduli
Membuat luka yang yang semakian dalam
Sehingga tak ada lagi penawar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H