Mohon tunggu...
Atina Sabila Khodijah
Atina Sabila Khodijah Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Three ways to achieve true happiness ~ be grateful ~ focus on the positives ~ spread kindness _Nulis, Ngajar, Ngebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sedikit Pengalaman dan Pelajaran yang Kudapatkan dari Mengajar Les Anak TK

13 Agustus 2021   23:48 Diperbarui: 15 Agustus 2021   09:44 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengajar bimbel | Sumber: pixabay.com

Tak terkecuali ibu AM ini, bukan hanya perlengkapan sekolah tetapi juga meja belajar, lampu belajar, sampai langganan aplikasi belajar untuk menemani anaknya belajar.

Tentunya semua fasilitas yang diberikan bukan untuk memaksa anak agar mau belajar tetapi untuk memberikan kenyamanan kepada anak ketika belajar dan untuk membiasakan anak menyukai lingkungan belajar di manpun dia berada nantinya.

Ada hal yang menyita perhatianku setelah aku selesai menemani AM belajar menggunakan aplikasi, dia melihat lampu belajarnya ternyata belum menyala, padahal saat itu dia akan mulai membaca teks di buku pelajaran kelas 1 SD. 

Dia antusias sekali menyalakan lampu belajarnya kemudian mengatur cahayanya dan mengarahkannya ke buku. Persis sekali dengan apa yang telah dia pelajari di hari sebelumnya, yaitu dia sudah belajar cara duduk yang betul saat membaca dan cara mengatur penerangan saat akan membaca. Duh, gemas jadinya. 

Dari sini saya berpikir bahwa kebutuhan belajar anak memang bukan sekadar buku-buku dan alat tulis saja, melainkan tempat yang nyaman dan cara belajar yang nyaman juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh anak. 

Ketika anak dikenalkan dengan benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya dan orang tua telaten dalam mengarahkannya, dia akan terbiasa dengan lingkungan belajar dan menyenangi hal-hal tersebut. Apalagi biasanya anak-anak suka antusias dengan hal-hal baru. 

Sama halnya ketika anak mulai dikenalkan dengan mainan, misalnya saat anak pertama kalinya dibelikan mainan. 

Mainan itu menjadi suatu hal baru baginya, karena dunia anak-anak adalah bermain maka ia pun mencoba mainan itu, terus-menerus dimainkan sampai akhirnya minta dibelikan mainan baru. Semakin sering dibelikan, mereka akan semakin antusias dengan yang namanya mainan. 

Aku memang belum menikah apalagi mempunyai anak, hehehe. Tapi, fenomena ini sering kali kutemukan pada anak ponakan atau anak tetangga. 

Jadi, sedikitnya aku tahu apa yang biasa dikeluhkan ibu-ibu kalau secara tak sengaja lewat toko mainan eh si anak lihat dan merengek, udah mah pas ditanya mau apa, eh malah ditunjuk semua. Kalau gak dibeliin ya nangis. Hehehe... bercanda ya.

Dengan pengalaman berharga ini aku jadi banyak belajar. Belajar bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak, belajar mencari strategi-strategi yang tepat untuk mengajari anak, belajar memahami apa yang menjadi kebutuhan belajar anak, dan yang tak kalah penting adalah belajar layaknya seorang ibu yang sedang mendampingi anak ketika belajar. 

Terima kasih sudah membaca sampai akhir, semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun