Mohon tunggu...
Atikah Rizky Amalia
Atikah Rizky Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Arthtitis (Radang Sendi) pada Lansia dengan Menerapkan Perilaku Hidup Sehat

15 Januari 2023   12:16 Diperbarui: 15 Januari 2023   12:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa tua atau masa tua (old age) adalah fase akhir kehidupan seseorang, ketika seseorang telah melewati masa sebelumnya yang lebih nyaman, atau dari masa yang penuh dengan keuntungan. 

Masyarakat modern kita melihat lansia kurang produktif, kurang menarik, kurang energik dan mudah dilupakan. WHO (Word Health Organization) mengklasifikasikan usia sebagai berikut: a) Usia 45-60 tahun, disebut paruh baya (middle age or A-ted middle age); b) usia 60-75 tahun yang diindikasikan lebih tua (umur atau umur); c) 75-90 tahun, disebut tua (vanha atau prawasana); d) Usia lebih dari 90 tahun disebut tua, usia 60 tahun ke atas merupakan tahap akhir dari proses penuaan, yang mempengaruhi tiga aspek yaitu biologis, ekonomi dan sosial. 

Secara biologis lansia mengalami proses menua secara terus menerus yang ditandai dengan berkurangnya ketahanan fisik dan kerentanan terhadap penyakit. (Akbar et al., 2021).

Banyak penyakit lansia yang dipengaruhi oleh proses penuaan, status pekerjaan, pola makan dan aktivitas fisik antara lain hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit rematik dan penyakit lainnya. 

Rematik merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh lansia dan merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering dihadapi oleh lansia. Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang paling umum dan penyakit peradangan kronis progresif yang menyebabkan kerusakan sendi permanen (Hidayat et al., 2021).  

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2016), 335 juta orang di seluruh dunia menderita rheumatoid arthritis. Satu dari enam orang di dunia menderita rheumatoid arthritis dan rheumatoid arthritis telah berkembang mempengaruhi 2,5 juta orang Eropa, sekitar 75% dari mereka wanita, dan kemungkinan akan mengurangi harapan hidup mereka hingga 10 tahun. 

Tidak hanya di Eropa, menurut Arthritis Foundation (2017), hingga 22% orang dewasa Amerika berusia 18 tahun ke atas telah didiagnosis menderita artritis. RISIKO Menurut data Indonesia, jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia adalah 7,30% pada tahun 2018 (Purwanza et al., 2022).

Nyeri sendi rheumatoid arthritis sering menyebabkan rasa takut bergerak pada penderitanya, yang mengarah pada kemunduran fungsi otot dan sendi dari waktu ke waktu. 

Arthritis juga menyebabkan penurunan aktivitas, yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Activity of Daily Living) atau ADL, yang selanjutnya Lansia merasa kurang percaya diri dengan gejala ADL karena gangguan fisik dan nyeri, yang dapat memengaruhi kualitas hidup (Ramie et al., 2021). Gejala umum yang dialami penderita arthritis adalah nyeri, yang berujung pada penurunan produktivitas kerja. Keluhan nyeri diketahui dapat mempengaruhi kenyamanan penderita dalam beraktivitas. 

Oleh karena itu pengobatan yang utama adalah mengurangi tingkat nyeri atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit rematik pada daerah persendian serta struktur dan jaringan sekitarnya (Setiawan et al., 2021).

Manajemen nyeri pada lansia merupakan pengobatan konservatif dan bertahap dengan tujuan mengurangi efek samping yang dirasakan. Penghilangan atau pengurangan nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan prinsip utama manajemen nyeri. 

Selain itu, manajemen nyeri juga berfokus pada bagaimana pasien mengelola nyeri, mengurangi kejadian kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan kualitas hidup pasien. Penatalaksanaan nyeri yang efektif pada lansia adalah pengobatan farmakologis dan non farmakologis (Setiawan et al., 2021).

Pencegahan dilakukan agar rheumatoid arthritis tidak terjadi, yaitu. lansia rutin melatih gerak sendi melalui latihan fisik seperti jalan kaki, jalan-jalan dan bersepeda, serta dengan pola makan, hindari konsumsi protein kunyah berlebihan seperti usus, babat, daging sapi, paru-paru. , otak, ginjal, ekstrak daging, daging (babi,sarden, udang, siput, ikan-ikan kecil, jamur kering, termasuk peragian, seperti tape (Sianipar, 2021).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., Darmiati, D., Arfan, F., & Putri, A. A. Z. (2021). Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan Wonomulyo. Jurnal Abdidas, 2(2), 392--397. https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i2.282

Hidayat, R., Suryana, B. P. P., Wijaya, L. K., Ariane, A., Hellmi, R. Y., Adnan, E., & Sumariyono. (2021). Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid (Rheumatoid Arthritis Diagnosis and Management). In Perhimpunan Reumatologi Indonesia. https://reumatologi.or.id/wp-content/uploads/2021/04/Rekomendasi-RA-Diagnosis-dan-Pengelolaan-Artritis-Reumatoid.pdf

Purwanza, S. W., Diah, A. W., & Nengrum, L. S. (2022). Faktor Penyebab Kekambuhan Rheumatoid Arthritis. 1(2), 61--66.

Ramie, A., Amalia, N., & Mahdalena. (2021). Karakteristik, Tingkat Nyeri Dan Kemandirian Activity Daily Living (Adl) Penderita Rheumatoid Arthritis. Jurnal Keperawatan Priority, 4(2), 35--43.

Setiawan, H., Firmansyah, A., & Anisa Firdaus, F. (2021). Studi Kasus Penggunaan Hot Ginger Compress Untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Arthritis Rheumatoid. Bina Generasi: Jurnal Kesehatan, 12(2), 24--28. https://doi.org/10.35907/bgjk.v12i2.176

Sianipar, C. M. (2021). PENGETAHUAN RHEUMATOID ARTHRITIS PADA PENDERITA KNOWLEDGE OF RHEUMATOID ARTHRITIS IN ELDERLY AT THE SIPINTUANGIN pengobatan Rheumatoid Arthritis dan sikap pengobatan Rhematoid Arthritis dan penatalaksaan. Jurnal Penelitian Keperawatan Kontemporer, 1(2), 52--61.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun