Mohon tunggu...
Atika Aprianti
Atika Aprianti Mohon Tunggu... Bankir - APRIANTI

atika adalah salah satu mahasiswa jurusan PGMI di UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mari Kita Bicara Tentang Kita Berdua (Ade Hilda Agustina 17410191)

8 Desember 2019   09:55 Diperbarui: 8 Desember 2019   10:11 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan dampak-dampak yang dipaparkan di atas berkonotasi negatif lebih besar dari pada penanggulangan perzinaan saja. Hal tersebut dapat kita lihat dengan kaedah hukum fikih ini, kaedah yang menjelaskan bahwa "menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kebaikan"

Dari kaedah fikih di atas dapat diketahui bahwa kerusakan-kerusakan itu lebih dahulu dikedepankan oleh karena benar-benar darurot, yaitu keadaan sesorang yang apabila tidak segera mendapat pertolongan maka diperkirakan ia bisa mati atau hampir mati. Sehingga pernikahan dini bukanlah satu satunya jalan dari pada orang untuk tidak melakukan perzinahan. Apalagi dampak yang disebabkan begitu besar bagi anak tersebut.

Oleh karena hal-hal di atas, maka pernikahan merupakan suatu hal yang perlu diperhitungkan. Apalagi ketika ingin menikah pada usia usia yang masih dikatakan dini.

Dampak pernikahan muda tentu saja sudah dirasakan ketika pernikan itu sudah terjadi, hal ini berdasarkan wawancara kecil yang pernah dilakukan kepada salah satu pasangan muda (istri) di sebuah desa di jawa barat mengenai apa yang ia rasakan setelah menikah. "saya merasa menyesal tidak bisa melanjutkan pendidikan, emosi terus tiap hari karena saya tidak bisa keluar dari kehidupan ini, merasa stress, dan berbagai permasalahan lainnya."

Dampak tersebut ia rasakan di kesehariannya setelah menikah, berbagai perubahan yang terjadi di dalam dirinya membuat dia harus menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya yang masih remaja. 

 Dampak dari menikah muda yang dirasakan tersbeut sangat berdampak pada kesehatan mental. Karena mental dikatakan sehat menurut Maslow dan Mittleman (1963)  dalam latipun 2019 jika memenuhi prinsip-prinsip kesehatan mental "manisfectations of psychology health" (latipun, kesehatan mental, 2019).

Sedangkan ada beberapa dampak yang dirasakan dalam menikah muda yang tidak memenuhi kriteria dalam pemenuhan prinsip kesehatan mental seperti tidak adannya rasa aman yang didapatkan ketika bersama suaminnya yang disebabkan oleh rasa penyesalan yang selalu hadir  sehingga di dalam dirinya menolak untuk menerima secara utuh bahwa dirinya sudah menikah dan sudah memiliki tanggung jawab terhadap suami.

 Selain itu belum bisa mengontrol emosi karena faktor umur yang masih sangat muda sehingga subyek tidak bisa mengendalikan apa yang ia rasakan dan berdampak pada perilaku yang tunjukan kepada suaminnya dan orang disekitarnya.

 Hal tersebut sangat mempengaruhi dalam pembentukan diri Menurut Rogers dalam latipun (2017) , bahwa perilaku manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsi individu mengenai lingkungannya (medan fenomenal) saat menikah muda orang merasakan stress sebagai sebuah persepsi yang ia bangun ketika berada di lingkungan keluargannya selain itu jika rasa penyesalan tersebut terus menerus hadir maka akan membentuk struktur self  melalui proses asimilasi berdasar pengalaman langsung  yang dirasakan yang tidak baik untuk hidupnya (latipun, 2017).

Selain itu ketidakstabilan emosi yang dirasakan karena merasa belum dewasa juga ikut menjadi sesuatu hal yang sangat menganggu di setiap harinnya. Bagaimana tidak? Tentu sangat menggangu sekali saat merasakan tiba tiba merasa kesal dan marah tapi tidak tau kenapa, sehingga yang menjadi sasaran tentu ke orang terdekat dan akan menjadi masalah baru jika emosi tersebut tidak tertangani dengan baik.

Emosi memang masih labil namun dapat mulai dikendalikan jika timbul kemauan dalam diri untuk menyelesaikannya. Nah bukan berarti memendam emosi karena itu juga tidak baik bisa saja kita untuk mengalirkan atau menyalurkan emosi agar emosi tersebut tidak meledak pada waktu yang salah karena terlalu lama memendamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun