Mohon tunggu...
Atika Ayuningtyas
Atika Ayuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources Division

Hai, saya menyukai membaca, menulis dan menggambar. Dengan senang hati jika kita bisa berbagi judul-judul buku yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

"Cycle Breaker": Memutus Pola Pengasuhan Negatif Keluarga

10 Desember 2024   15:52 Diperbarui: 16 Desember 2024   08:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari laman PsychologyToday.com, "Cycle Breaker" merupakan individu yang memahami dan bersedia untuk melakukan perubahan secara sadar. Mereka mungkin mengalami efek siklus keluarga yang tidak sehat dan memutuskan untuk menghentikannya agar tidak berlanjut ke generasi selanjutnya.

When we heal ourselves, we heal the next generation that follows. Pain is passed through the family line until someone is ready to feel it, heal it, and let it go - Meilinda Sutanto

Tidak serta merta seseorang yang lahir dari lingkungan pengasuhan negatif tumbuh menjadi seorang "cycle breaker". Dengan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan tentang adanya pola pengasuhan yang sehat, mereka yang lahir dan besar melalui pola pengasuhan negatif akan berpikir bahwa apa yang mereka alami sepajang hidupnya merupakan suatu kewajaran, sehingga tanpa disadari terjadi kembali pengulangan pola tersebut pada generasi berikutnya.

Suatu anugerah dari Tuhan ketika seseorang "dipilih" oleh-Nya menjadi "cycle breaker". Proses terbentuknya seorang "cycle breaker" bukan hal yang singkat dan mudah. Para "cycle breaker" ini ditempa melalui berbagai luka yang justru hadir dari lingkungan terdekat mereka. Bagi seseorang yang pada akhirnya memutuskan untuk menjadi "cycle breaker", terdapat dua pilihan bagi mereka dalam melihat luka-luka tersebut. Pertama, menjadikan luka sebagai beban serupa gumpalan awan tebal dan hitam, yang ditanggungnya kemanapun dan kapanpun seumur hidup. Atau kedua, mengubah luka menjadi "kendaraan" yang mampu meringankan langkahnya serta menebarkan hal positif ke lingkungan sekitarnya.

Lalu, apa sajakah langkah-langkah yang dapat ditempuh disaat kita telah memantapkan hati menjadi seorang "cycle breaker"?

  • Kesadaran dan penerimaan

Menyadari bahwa ia dibesarkan dalam pola asuh yang tidak tepat merupakan langkah penting bagi seorang "cycle breaker". Dari rasa sadar inilah, titik awal proses dimulai. Selanjutnya, setelah tumbuh rasa sadar, seorang "cycle breaker" mulai dapat belajar untuk menerima dirinya secara utuh, tanpa penghakiman, secara terbuka menerima segala sisi dari dirinya baik maupun buruk, merangkul emosi yang dirasakan positif maupun negatif. Penerimaan diri membawa pada kedamaian dan ketenangan jiwa;

  • Memaafkan

Memaafkan ialah bagian dari penerimaan itu sendiri. Perlu digarisbawahi bahwa memaafkan tidak sama dengan melupakan. Apabila luka fisik memiliki kemungkinan untuk sembuh sepenuhnya, bahkan hilang tak berbekas, maka tidak demikian halnya dengan luka batin. Luka batin tidak pernah benar-benar lenyap tanpa sisa. Dan tidak apa-apa jika memang sulit bagi seseorang dengan luka batin menyatakan bahwa ia belum pulih seutuhnya. Memaafkan bukan perkara mudah tentu saja. Proses seumur hidup ini membutuhkan kesadaran penuh untuk melepas segala perasaan negatif atas hal buruk yang dilakukan orang lain ke diri sendiri. Memaafkan tidak berarti bahwa kita memvalidasi tindakan yang salah. Keputusan untuk memaafkan sepenuhnya hadir atas pemahaman bahwa apapun yang orang lain lakukan, diri ini layak untuk bahagia.

  • Membangun potensi diri yang positif

Salah satu tujuan mulia dari menjadi seorang "cycle breaker" ialah memberikan manfaat bagi lingkungannya. Dan tujuan ini tidak akan tercapai selama diri ini masih dipenuhi dengan energi dan pola pikir negatif. Menumbuhkan potensi diri yang positif dapat dimulai dari membiasakan diri untuk berfikir positif. Mudahkah untuk seseorang yang hadir dari lingkungan negatif membawa perubahan positif? Setelah bergumul dengan berbagai penerimaan, memaafkan dan kedamaian diri, upaya ini bukannya tidak mungkin. Seorang "cycle breaker" biasanya dibekali kecerdasan emosional yang baik. Kelebihan ini bisa menjadi modal bagi dirinya untuk lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, mengatasi rasa tidak aman, meningkatkan kualitas diri melalui belajar hal-hal baru serta secara konsisten memperbaiki diri untuk menjadi versi yang lebih baik dari sebelumnya;

  • Mengupayakan lingkungan yang suportif

Tidak jarang, orang-orang yang memberikan pengaruh positif datang dari luar lingkungan keluarga. Mereka bisa saja teman, sahabat, komunitas ataupun rekan kerja. Menciptakan relasi positif dapat melindungi seorang "cycle breaker" dari pengaruh-pengaruh buruk yang menghambat tujuan mereka. Penting bagi seorang "cycle breaker" memiliki lingkaran pergaulan yang mendukung, kemampuan komunikasi yang asertif dan menetapkan batasan dengan tegas. Bagi seorang "cycle breaker" yang ingin memiliki pasangan hidup, maka sangat penting untuk memastikan bahwa pasangannya tersebut memahami dan mempunyai kesamaan prinsip dan value satu sama lain.

              Menjadi "cycle breaker" merupakan pilihan hebat yang dapat diambil seseorang. Ia berkeinginan kuat untuk menyembuhkan diri sendiri, memeluk luka dari pengasuhan negatif orang-orang yang semestinya memberikan kasih sayang dan perlindungan, menyebarkan pengaruh positif bagi masyarakat dan lingkungannya dan yang terpenting ialah menghadirkan generasi lebih baik di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun