Mohon tunggu...
Atika Ayuningtyas
Atika Ayuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resources Division

Hai, saya menyukai membaca, menulis dan menggambar. Dengan senang hati jika kita bisa berbagi judul-judul buku yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Menyelami Makna: Film "Arrival" (2016)

4 November 2024   15:43 Diperbarui: 11 November 2024   14:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: themoviedb.org

"The past is behind, the future before; but the present is here and now, and within the present lies the power to create the future." - Og Mandino

               Arrival tayang tahun 2016. Film bergenre drama fiksi ilmiah garapan sutradara dan penulis Perancis – Kanada, Denis Villeneuve ini diadaptasi dari cerita pendek “Story of Your Life” karya Ted Chiang. Secara garis besar, Arrival mengisahkan tentang kedatangan alien ke bumi melalui perspektif yang berbeda dari film – film bergenre sejenis. Arrival tidak menggambarkan alien sebagai makhluk asing ambisius yang mendarat di bumi untuk melakukan invasi pemusnahan umat manusia dan menguasai sumber daya yang ada. Alien dalam film Arrival membawa misi. Tentu saja! Dan upaya mengungkapkan misi tersebut dirangkai secara memukau sepanjang 116 menit.

              Cerita dimulai dari interaksi seorang wanita dengan bayi yang baru saja ia lahirkan. Dr. Louise Banks, ibu dari bayi tersebut merupakan seorang pakar linguistik yang diperankan oleh Amy Adams, aktris peraih dua kali Golden Globe. Banks, menjalani rutinitas seperti biasa hingga satu waktu terjadi keanehan. Seluruh stasiun berita menyiarkan tentang kemunculan dua belas entitas misterius di berbagai belahan dunia. Benda asing menyerupai batu berbentuk oval dan berwarna kelabu tersebut melayang di udara – menimbulkan hiruk pikuk, ketegangan dan kekhawatiran umat manusia. Di tengah kekacauan, kolonel senior Angkatan Darat Amerika Serikat menjemput Banks untuk membantu mencari tahu maksud dari kedatangan makhluk asing mengingat kapasitas Banks dalam memahami dan menginterpretasikan bahasa. Di pesawat yang membawanya ke wilayah padang rumput negara bagian Montana, ia berjumpa dengan Ian Donnelly, ahli fisika yang diperankan oleh Jeremy Renner.

              Banks dan Donnelly memasuki pesawat ruang angkasa berbentuk batu tersebut, menemui dua alien dengan tampilan fisik menyerupai gurita raksasa di dalam semacam kotak akuarium yang dipenuhi kabut berwarna putih. Belakangan, alien tersebut disebut sebagai “heptapod”, merujuk pada tujuh tentakel yang mereka miliki. Agar terkesan lebih akrab, Donnelly menamai mereka Abbott dan Castello. “Heptapod” bersuara seperti erangan dan berkomunikasi dengan manusia melalui simbol yang dihasikan dari semprotan tentakel. Simbol tersebut berbentuk lingkaran dengan pola mirip akar tidak beraturan. Beberapa waktu, Banks merasa putus asa untuk menerjemahkan maksud dari simbol yang ditulis “heptapod”. Hingga pada akhirnya, secara perlahan terjadi kemajuan seiring dengan intensitas Banks berkomunikasi dan berinteraksi bersama Abbott dan Castello.

              Film ini beralur lambat, cenderung hening dengan sinematografi yang seakan mengajak penonton berada di antara dunia nyata dan dunia mimpi. Tidak ada adegan kekerasan, tembak menembak ataupun luka berdarah – darah. Setidaknya saya menonton film ini dua kali sampai bisa memahami alur cerita dan pesan yang coba disampaikan. Lalu makna apa saja yang bisa diperolah dari film ini? Akan saya bahas, namun Disclaimer yaa!! Terdapat beberapa spoiler muncul di pembahasan nanti.   

Asumsi dalam Komunikasi

              Dalam proses interpretasi simbol, Banks akhirnya menemukan jawaban atas kedatangan makhluk asing ke bumi. Alien tersebut menawarkan “senjata”. Hanya saja, tidak serta merta Banks dapat memahami arti “senjata” sebagaimana dimaksud heptapod. Definisi “senjata” ini pun ditangkap secara beragam oleh para pemimpin dunia. Manusia menganggap kedatangan alien yang menawarkan “senjata” ditujukan untuk memecah belah umat manusia dan mengusik perdamaian dunia.

              Banks akhirnya mampu mengungkap bahwa “senjata” yang dimaksud oleh makhluk asing ini ialah “Bahasa”, media berkomunikasi – bukan bermakna sebagai “alat” atau “teknologi” yang bersifat destruktif. Terjadi perbedaan pemaknaan terhadap kata “senjata”. Begitu pula, kecemasan umat manusia dan para pemimpin dunia atas kedatangan makhluk asing yang bahkan alasannya sama sekali belum diketahui. Alien tersebut tidak menyerang, tidak melakukan apapun yang mengarah kepada kerugian umat manusia. Akan tetapi, otak manusia yang sepanjang hidupnya merekam informasi bahwa makhluk asing merupakan sosok jahat dan mengerikan, secara terburu-buru menyimpulkan bahwa keberadaan mereka merupakan suatu ancaman.

              Manusia tumbuh melalui pengasuhan. Selama itu, manusia dikenalkan dan ditanamkan tentang nilai – nilai kemanusiaan, tentang benar dan salah, tentang baik dan jahat, tentang pantas dan tidak pantas. Pengalaman dan pengetahuan tersebut membentuk karakter, sikap dan cara berfikir manusia. Begitu pula dengan bagaimana ia memandang dunia. Panca indera manusia melihat realitas melalui sensor yang dihasilkan dari otak.

              Kisah India kuno “Orang Buta dan Gajah”, dapat memberikan kita gambaran tentang subjektivitas pemikiran manusia dalam memandang suatu objek. Lima orang buta, diberikan kesempatan untuk menyentuh bagian tubuh gajah, tetapi di bagian yang berbeda – beda satu sama lain. Orang yang memegang telinga, berpendapat bahwa gajah ia bayangkan berbentuk seperti daun lebar. Orang yang memegang perut, membayangkan gajah seperti dinding tetapi dengan tekstur lembut. Orang yang memegang kaki, membayangkan gajah seperti tiang. Orang yang memegang belalai, membayangkan gajah seperti ular. Begitu pula orang yang memegang gading, membayangkan gajah seperti sebuah tongkat. Kelima orang buta ini bersikukuh dan berdebat tentang bentuk gajah sesuai dengan apa yang telah mereka rasakan dan alami. Tidak ada yang salah dari kelimanya. Hanya saja mereka tidak menemukan kesepakatan tentang bentuk binatang gajah secara utuh.

              Dalam berkomunikasi, yang dibutuhkan adalah tersampaikannya pesan ke penerima sesuai maksud dari pemberi pesan. Namun nyatanya, komunikasi tidak sesederhana seseorang bisa berbicara dan mendengarkan. Terdapat banyak hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak berjalan sesuai harapan. Laurie Brown – Praktisi Keterampilan Berkomunikasi – asal Michigan, Amerika Serikat, dalam tulisannya menyampaikan salah satu hambatan komunikasi ialah asumsi. Seseorang sering mengira bahwa ia memahami maksud dari perkataan orang lain, padahal belum tentu. Manusia menerjemahkan suatu kondisi berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuan pribadi. Padahal, seringkali asumsi menghalangi manusia untuk melihat realitas secara obyektif. Fakta semacam ini kemudian menjadi sebab terjadinya konflik dan kebuntuan proses komunikasi.

Bahasa dan Perilaku Manusia

              Dr. Ian Donnelly mengutarakan sebuah teori yang ia sebut sebagai Sapir Whorf Hypothesis, ketika menyaksikan Dr. Louise Banks mulai dapat berfikir dan memandang dunia sebagaimana “Heptapod”. Bahasa “heptapod” yang menyerupai simbol lingkaran menandakan konsep waktu yang berlaku di dunia mereka bersifat non-linier, sehingga persepsi heptapod tentang urutan peristiwa dalam kehidupan berjalan secara acak. Pada beberapa scene, seiring dengan meningkatnya penguasaan Banks terhadap bahasa “heptapod”, ia mampu menemukan rangkaian jawaban melalui potongan – potongan peristiwa yang serta merta muncul di kepalanya tanpa adanya sekat antara masa lalu, masa kini dan masa depan.

              Hipotesis Sapir Whorf atau lebih dikenal dengan Teori Relativitas Linguistik, pertama kali dikemukakan oleh Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Merujuk pada tulisan Mia Belle Frothingham pada laman simplypsichology.org, teori tersebut menyatakan bahwa struktur gramatikal dan verbal bahasa seseorang memengaruhi cara mereka memandang dunia. Hipotesis ini menekankan bahwa bahasa menentukan atau memengaruhi pikiran seseorang sehingga setiap individu yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat penutur bahasa satu dan lainnya akan memiliki perbedaan persepsi, perilaku dan cara pandang dalam menafsirkan suatu situasi, kondisi atau masalah tertentu.

              Budaya Asia Timur menjunjung tinggi rasa hormat terhadap orang yang lebih tua atau tokoh yang dianggap terpandang dalam struktur masyarakat. Strata penggunaan bahasa di wilayah Asia Timur mengisyaratkan gap usia antar lawan bicara, hierarki hubungan sosial dan situasi atau kondisi di saat percakapan berlangsung. Hal ini tentunya berbeda dengan keterkaitan antara budaya dan bahasa di wilayah Amerika Serikat, yang lebih egaliter. Negara Amerika Serikat dengan heterogenitas sosial tinggi mimiliki lebih sedikit sekat hierarki antar kelompok masyarakat.

              Bagi mayoritas masyarakat Asia, suatu sikap yang tidak sopan jika memanggil lawan bicara yang lebih tua hanya dengan nama tanpa disertai panggilan khusus. Panggilan ini memberikan makna adanya perbedaan dari sisi usia, status sosial, kedekatan maupun situasi. Bahasa-bahasa di wilayah Asia memiliki beragam panggilan yang ditujukan kepada laki-laki atau perempuan dengan rentang usia yang berbeda-beda, panggilan kepada seseorang yang dihormati tergantung situasi dan lokasi interaksi berlangsung, panggilan kepada kerabat baik dekat ataupun jauh, hingga panggilan untuk tokoh yang disegani. Tentu saja hal ini tidak terjadi di masyarakat Amerika Serikat, yang terbiasa memanggil lawan bicara bahkan yang usianya lebih tua hanya dengan nama. Perbedaan bahasa dan budaya ini menciptakan kesan bahwa interaksi yang terjalin di tengah masyarakat Asia terikat identitas sosial yang mengacu kepada norma-norma dan keselarasan hubungan dalam kelompok, sementara masyarakat Amerika Serikat cenderung lebih spontan dan ekspresif.

              Selain gambaran diatas, bahasa dan perilaku manusia tercermin dalam banyak aspek kehidupan, misal: penyebutan klasifikasi warna, konsep ruang dan waktu, penyebutan istilah pada suatu objek hingga pandangan penutur bahasa tertentu tentang konsep gender.

Konsep Waktu

              “Apa yang bisa didapatkan secara cuma-cuma tetapi tidak mampu dibeli dengan uang?”. Ya, “waktu” lah jawabannya. Film Arrival memberikan visualisasi tentang fenomena waktu non linier. Berbeda dengan konsep waktu linier yang kita pahami selama ini. Waktu bagi kita berkaitan dengan awal dan akhir, semacam garis lurus yang bergerak melalui tiga tahapan, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Masa lalu, meskipun tidak hadir secara fisik, akan tetapi keberadaannya tidak hilang begitu saja, ia tersimpan dalam ingatan, baik ingatan individu maupun ingatan kolektif sejarah manusia. Masa kini ialah apa yang berlangsung saat ini, bisa dikatakan bahwa masa kini merupakan jembatan penghubung antara masa lalu dan masa depan. Sedangkan masa depan yang belum terjadi, dimaknai sebagai harapan ataupun ketidakpastian.

              Sebagaimana alur maju mundur dalam film Arrival, cara berfikir Dr. Louise Banks yang telah dipengaruhi oleh konsep waktu non linier memberikan pemahaman mendalam baginya tentang keterkaitan waktu dan takdir. Pada akhir cerita, dikisahkan Dr. Ian Donnelly meninggalkan Banks dan buah hati mereka yang telah tumbuh menjadi anak perempuan bernama “Hannah”. Hannah, divonis menderita kanker langka dengan prosentase kesembuhan cukup rendah. Belakangan, diketahui bahwa ternyata gen bawaan dari Donnelly yang menjadi penyebab Hannah lahir dengan penyakit tersebut. Kepergian Donnelly merupakan manifestasi rasa bersalahnya atas apa yang menimpa putri satu-satunya yang sangat ia cintai. Ditambah lagi, Donnelly merasa bahwa istrinya, Banks telah mengkhianatinya. Kemampuan Banks menggapai masa lalu dan masa depan memberikan pengetahuan tentang takdir mereka, termasuk kehadiran Hannah sebagai bagian dari kehidupan Banks dan Donnelly. Menurut Donnelly, Banks yang telah mengetahui takdir yang akan dijalani oleh Hannah, seharusnya mencegah kehadiran Hannah di dunia, sehingga cukup adil bagi Donnelly dan Banks untuk tidak menanggung duka kehilangan buah hati tercinta sekaligus menghindarkan Hannah lahir dan tumbuh dengan rasa sakit.

              Berbeda dari Donnely, Banks melalui bahasa heptapod yang dikuasainya, memperoleh pengalaman tentang masa depan yang tentunya masih menjadi misteri bagi orang lain. Di masa depan itulah, ia merasakan anugerah menjadi seorang ibu, melahirkan Hannah, mendampingi tumbuh kembangnya, melewati masa-masa penuh pengharapan, cinta kasih dan merajut kenangan indah bersama putrinya. Banks sepenuhnya menyadari keputusannya memilih Hannah menjadi persimpangan takdirnya. Bahkan, tidak sekalipun ia menyalahkan Keputusan Donnelly pergi meninggalkannya. Ia lebih siap dengan segala kemungkinan akan kehilangan, kesepian dan kesedihan berpisah dari orang-orang yang ia cintai. Hannah, nama yang ia berikan untuk putrinya, merupakan bentuk “palindrom” yang merepresentasikan pandangannya tentang konsep waktu non linier. Palindrom merupakan kata, frase atau angka yang jika dibaca baik dari depan atau belakang tetaplah sama, seperti takdir yang dipahami Banks – bahwa batas antara masa lalu, masa kini dan masa depan tidak berlaku absolut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun