Mohon tunggu...
Atiek Dewikesumaningsih
Atiek Dewikesumaningsih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sempoa, Bimbel STUDY CLUB PROBOLINGGO

Lulusan Diploma Brawijaya Malang.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Pemberian Ang Pau Lebaran yang Salah

14 April 2021   14:26 Diperbarui: 14 April 2021   14:30 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hari ini aku bertanya pada seorang murid.

“Apakah kamu senang jika bulan Ramadhan datang?”

Oya! Sangat suka!” jawabnya dengan penuh semangat.

Aku penasaran dengan semangat empat puluh limanya. Kira-kira apa yang diketahui oleh seorang anak kecil kelas satu SD tentang bulan puasa?

“Wah, semangat sekali! Coba kamu sebutkan hal yang kamu suka ketika bulan puasa tiba!”

Dengan wajah polos dia menjawab, ”Kalau berbuka pasti ada es buah, aku minta makanan kesukaan pasti dituruti mama. Ada lagi, yaitu dapat ang pau saat Lebaran.”

Akupun tersenyum. Semua pasti senang dengan ang pau Lebaran.

Melintas dalam pikiranku. Sebenarnya sejak kapan ada kebiasaan memberi ang pau saat Lebaran?

Menurut seorang budayawan, berbagi ang pau pada hari Lebaran   bukan budaya asli Islam, melainkan budaya asli China yang telah berbaur dengan budaya kita. Namun jangan salah, bangsa Arab juga mengenal berbagi ang pau pada hari raya. Tradisi ini disebut eidiyah, yaitu tradisi berbagi hadiah setelah salat Idul Fitri atau Idul Adha.

Tradisi eidiyah berkembang pada abad pertengahan, saat kekhalifahan Fatimiyah. Kala itu, pada hari pertama  Idul Fitri. Khalifah Fatimiyah membagi-bagikan permen, uang, dan pakaian kepada anak-anak dan orang tua. Kebiasaan ini terus berlangsung hingga  akhir kepemimpinan Ottoman, bentuknya tidak lagi berupa permen dan pakaian, melainkan   uang tunai dengan pecahan kecil-kecil. Pada perkembangan selanjutnya, eidiyah tidak saja berupa uang tunai tetapi ada juga orang tua yang memberikannya dalam bentuk pakaian dan barang mewah lainnya.

Terlepas dari sejarah ang pau,   berbagi hadiah dan saling memberi dalam bentuk apa pun telah ada sejak dalam zaman Rasulullah. Menurut Rasulullah saw. saling memberi akan mendatangkan  kebahagiaan kepada setiap orang.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rasulullah saw. bersabda,

“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai” (HR. Al Bukhari).

Dalam hadis yang juga diriwayatkan Al Bukhari, Rasulullah saw. bersabda,

“Wahai para wanita kaum Muslimin, janganlah ada seorang tetangga meremehkan pemberian tetangga yang laian sekalipun ia (pemberian tersebut) berupa ujung kuku unta.” (HR. Al Bukhari).

Berdasarkan hadis tersebut, pemberian hadiah dalam bentuk apa pun tetap harus kita hargai sebagai bentuk rasa saling mengasihi, apalagi pada  hari raya di saat umat Islam  merasa bahagia. Jadi, tidak salah jika sebagai orang tua tentu ingin membahagiakan anak dengan memberi hadiah, baik berupa ang pau, baju, smartphone, atau barang mewah lainnya.

Sayangnya ada beberapa kesalahan yang lita lakukan saat memberikan ang pau atau hadiah lebaran lainnya,  Apa sajakah itu?

1. Memberi ang pau Sama Rata Tanpa Membedakan Usia Anak.

Maksud pemberi tentunya menghindari keruwetan saat pembagian. Namun jika uang 5000 rupiah diberikan kepada anak lima tahun tentu           berbeda nilainya diberikan kepada anak usia 12 tahun.

2. Orang Tua Bersikap Masa Bodoh dengan ang pau Diterima Anak.

Selama ini orang tua menganggap hadiah untuk anak adalah hak anak. Mereka tidak bertanya lebih lanjut tentang hadiah itu. Seharusnya,                     orang tua dapat mengajarkan kepada anak cara memanfaatkan hadiah, seperti menabung di celengan untuk membeli barang yang diinginkan            atau menjaga hadiah yang diperoleh jika berupa barang.

3. Menjelaskan Maksud Pemberian Hadiah.

Anak dapat diberi penjelasan bahwa kakek memberi ang pau karena kakek baru saja dapat rezeki. Dengan penjelasan ini, anak tidak kecewa                  jika tahun depan kakek tidak memberikan ang pau.

Penjelasan bisa juga dengan kata-kata, misalnya “Kakak memberi hadiah ini karena adik puasanya penuh satu bulan, walaupun hanya                            setengah hari.”

Dengan cara ini, anak lebih bersemangat dan lebih giat  berpuasa pada Ramadhan  tahun depan. (Ed. Saheeda Noor)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun