Mohon tunggu...
Umi Athiyah
Umi Athiyah Mohon Tunggu... Guru - Kemenangan milik orang yang berjuang

Jiwa Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seneca: Seni Hidup Bahagia

28 April 2022   11:54 Diperbarui: 29 September 2022   10:05 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya meluangkan waktu untuk mendengarkan kajian filsafat bersama Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag. di channel youtube Djoyo. Temanya cukup menarik yaitu seni hidup bahagia menurut Seneca seorang filusuf asal Yunani Kuno.

Setiap hari selama jiwa masih dikandung badan kita sibuk dengan hiruk pikuk urusan dunia yang sangat melelahkan. Banyak tenaga, pikiran, waktu yang kita hambur-hamburkan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup tapi apa yang di dapat justru hanya rasa lelah sehingga kita sulit untuk mendapatkan kebagiaan yang sejati.

 Di sini Seneca membantu kita bagaimana cara menjalani hidup agar tetap bahagia. Berikut rumusnya.

1. Seseorang menjadi sengsara karena ia berpikir bahwa dirinya sengsara begitu pun dengan bahagia

Bahagia atau tidak itu ternyata tergantung dari pikiran kita sendiri dan sama sekali tidak berhubungan dengan hal-hal di luar diri kita. 

Kuncinya  bahagia atau tidak itu ada pada anggapan, pikiran, sudut pandang kita sendiri terhadap masalah tersebut bukan yang lain.

Sepahit, serumit, seberat apa pun masalah yang kita hadapi kalau kita tetap memilih untuk bahagia, bersyukur, dan merasa masih beruntung maka kita akan tetap bahagia. 

Begitu pun sebaliknya meskipun sebenarnya masalah itu kecil, remeh, dan ringan tapi kalau kita menganggap hal itu sangat berat maka kita akan merasa sengsara.

Jadi kelola pikiran sebaik mungkin dalam setiap keadaan agar tetap bahagia

2. Kehidupan yang bahagia adalah yang sesuai dengan sifat alaminya

Maksudnya hidup lah sesuai standar yang alami. Kebahagiaan itu akan muncul kalau kita mengerti tentang proporsinya. Misalkan berapa persen waktu hidup yang kita miliki untuk ibadah, belajar, refreshing, istirahat, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun