Pagi ini saya meluangkan waktu untuk mendengarkan kajian filsafat bersama Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag. di channel youtube Djoyo. Temanya cukup menarik yaitu seni hidup bahagia menurut Seneca seorang filusuf asal Yunani Kuno.
Setiap hari selama jiwa masih dikandung badan kita sibuk dengan hiruk pikuk urusan dunia yang sangat melelahkan. Banyak tenaga, pikiran, waktu yang kita hambur-hamburkan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup tapi apa yang di dapat justru hanya rasa lelah sehingga kita sulit untuk mendapatkan kebagiaan yang sejati.
 Di sini Seneca membantu kita bagaimana cara menjalani hidup agar tetap bahagia. Berikut rumusnya.
1. Seseorang menjadi sengsara karena ia berpikir bahwa dirinya sengsara begitu pun dengan bahagia
Bahagia atau tidak itu ternyata tergantung dari pikiran kita sendiri dan sama sekali tidak berhubungan dengan hal-hal di luar diri kita.Â
Kuncinya  bahagia atau tidak itu ada pada anggapan, pikiran, sudut pandang kita sendiri terhadap masalah tersebut bukan yang lain.
Sepahit, serumit, seberat apa pun masalah yang kita hadapi kalau kita tetap memilih untuk bahagia, bersyukur, dan merasa masih beruntung maka kita akan tetap bahagia.Â
Begitu pun sebaliknya meskipun sebenarnya masalah itu kecil, remeh, dan ringan tapi kalau kita menganggap hal itu sangat berat maka kita akan merasa sengsara.
Jadi kelola pikiran sebaik mungkin dalam setiap keadaan agar tetap bahagia
2. Kehidupan yang bahagia adalah yang sesuai dengan sifat alaminya
Maksudnya hidup lah sesuai standar yang alami. Kebahagiaan itu akan muncul kalau kita mengerti tentang proporsinya. Misalkan berapa persen waktu hidup yang kita miliki untuk ibadah, belajar, refreshing, istirahat, dan lain sebagainya.
Jadi kalau kita hidup dengan patokan standar alami, pandai berbersikap  bagaimana agar tidak kekurangan dan kelebihan pasti kita akan bahagia.
3. Berbahagialah mereka yang dapat bertahan di saat menerima keberuntungan dan ketidakberuntungan
Mental bahagia adalah penerimaan terhadap masalah itu sendiri.Â
Bahasa agamanya qona'ah. Â Bersikaplah qana'ah, rela menerima kenyataan hidup yang dialami dan tidak iri, serta mengangan-angan nikmat orang lain.
Jadi terimalah kenyataan hidup yang sudah jelas kita alami sebagai bagian dari ketentuan dari-Nya dijamin kita akan selalu merasa bahagia. Karena sering kali kita merasa sengsara karena tidak ikhlas, tidak bisa menerima kenyataan yang kita alami
4. Keberuntungan adalah apa yang terjadi saat persiapan bertemu kesempatan
Keberuntungan, kebahagiaan akan kita dapatkan apabila persiapan bertemu kesempatan. Maksudnya apabila ingin beruntung dan bahagia maka kita harus mempersiapkan diri terhadap tujuan-tujuan yang hendak kita capai, sehingga apabila kesempatan datang maka kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Jangan sampai kesempatan datang menghampiri tapi ternyata diri kita belum siap maka kesempatan itu akan hilang sia-sia.Â
Jadi persiapkan diri terhadap segala sesuatu yang kita kehendaki agar ketika kesempatan datang menghampiri, diri kita bisa mengambil dan memanfaatkan dengan baik dan tentu kita akan merasa bahagia.
Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H