Sahabat kecil. Mungkin itu sebutan yang paling tepat untuk menjelaskan hubungan dua remaja ini. Entah bagaimana awalnya, rasanya mereka sudah sangat lama menghabiskan pergantian musim bersama.
10 tahun, bahkan hubungan persahabatan Momo dan Bastian menghabiskan waktu lebih banyak dari setengah umur mereka.
Bukan hanya empat musim, bahkan sungai yang dilewati setiap pulang sekolah harusnya sudah mengenal mereka dengan baik.
"Lupakan tentang aku yang menyebalkan. Apa kau luang sore ini?"
Mendengar itu, Momo melempar pandangan pada wajah yang hanya terlihat setengah. "Kenapa? Jangan bilang kau mau menyuruhku menggantikanmu berjaga di toko. Jika itu, aku akan dengan tegas menolak."
Masih dengan kaki mengayuh pedal, Bastian menjawab, "Bukan. Lagipula adikku ada di rumah, aku tidak perlu menjaga toko. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat."
"Oh, apa ini? Akhirnya kau mengajakku kencan?"
"Kau akan tahu nanti."
Seperti udara tiba-tiba berubah menjadi gula. Bahkan aroma terik yang satu detik lalu masih menyengat, kini sangat terasa manis melewati tenggorokan gadis yang tak bisa menyembunyikan senyum. Di balik punggung Bastian, pipi Momo memerah.
Entah sejak kapan kalimat sederhana itu dapat membuat jantung Momo berdebar. Punggung yang sudah bertahun-tahun terlihat biasa saja, kini nampak bidang dan luas. Kemudian rahang yang tak pernah diperhatikan, sekarang bahkan membuat gadis itu tak bisa mengalihkan pandangan.
"Sejak kapan ...?" Kalimat Momo terhenti, tanpa sadar ia mengeluarkan apa yang ada di pikiran.