Dari Lobang Jepang, kami menuju Fort de Kock.
"Kok ada benteng di sini, Yah?" tanya Hasya.
"Ini benteng yang dibangun Belanda saat Perang Padri untuk menghadapi rakyat Minangkabau," jawab Ayah.
Kami menyeberangi Jembatan Limpapeh, menikmati angin sepoi-sepoi sambil melihat pemandangan dari ketinggian.Di bawah kami, terlihat lembah hijau yang subur, sementara di kejauhan, gunung-gunung menjulang tinggi dengan latar langit biru. Suasana terasa damai dan sejuk, dengan suara gemericik air sungai yang mengalir deras di bawah jembatan. Kami berhenti sejenak, mengagumi keindahan alam sekitar sambil berbincang tentang betapa beruntungnya bisa berada di tempat yang penuh pesona ini.
Kami melanjutkan liburan ke Taman Panorama dan Ngarai Sianok. Sesampainya di sana, kami disambut dengan pemandangan luar biasa dari ketinggian, dengan jurang yang dalam dan sungai yang berkelok-kelok di bawahnya.
Hasya tampak terpesona, sambil menunjuk ke bawah, “Lihat, sungainya seperti ular besar!”
Kami duduk sejenak di bangku taman, menikmati keheningan dan keindahan alam yang menenangkan hati.
*Taman Panorama dan Ngarai Sianok*
Di Taman Panorama, kami duduk menikmati keindahan Ngarai Sianok.