Mohon tunggu...
athaya mada
athaya mada Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

hobi saya membaca dan topik kesukaan saya adalah musik dan karya fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

G30S/PKI

27 Mei 2024   12:39 Diperbarui: 5 Juni 2024   19:03 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tahun 1965, Indonesia tengah berada dalam suasana politik yang tidak stabil.
 
 Pada malam 30 September 1965, sebuah tragedi gelap yang dikenal sebagai G30S/PKI terjadi dan mengubah sejarah bangsa ini selamanya.
 
 Malam itu, di kompleks militer Lubang Buaya, Jakarta, sekelompok anggota militer yang terafiliasi dengan Gerakan 30 September (G30S) melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
Tujuan mereka adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mendirikan "Dewan Revolusi" yang baru.

Beberapa perwira tinggi, termasuk Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Suharto, dan Jenderal Soeharto, menjadi target dalam aksi ini.

Pemberontak menganggap mereka sebagai tokoh yang menghalangi perubahan yang mereka cita-citakan.

Upaya itu berujung pada penahanan, penyiksaan, dan eksekusi para perwira yang menjadi sasaran.

Berita tentang aksi G30S menyebar dengan cepat. Masyarakat di seluruh negeri berada dalam kebingungan dan ketakutan.

Dalam beberapa hari, reaksi terhadap aksi tersebut berkembang menjadi perlawanan melawan apa yang dipandang sebagai ancaman terhadap kestabilan dan persatuan bangsa.

Mendengar berita ini, Jenderal Soeharto mengambil langkah tegas untuk menghadapi pemberontakan tersebut.

Ia mengorganisir pasukan dan menghentikan gerakan G30S.

Proses pengungkapan fakta dan penangkapan terhadap para pelaku dilakukan dengan keras. Beberapa orang yang dianggap terlibat dalam pemberontakan dieksekusi.

Tragedi G30S/PKI tidak hanya berakhir dalam kekerasan dan pertumpahan darah, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat Indonesia.

Partai Komunis Indonesia (PKI), yang dituduh terlibat dalam G30S, dilarang dan dianggap sebagai organisasi ilegal.

Penyebutan peristiwa ini memiliki ragam jenis, Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya dengan istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI) oleh karena tudingan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) bertanggung jawab atas peristiwa ini.

Ini mengubah dinamika politik dan sosial di negeri ini secara signifikan.

Jenderal Soeharto akhirnya mengambil alih kepemimpinan dan memimpin rezim Orde Baru.

Sementara Indonesia mengalami stabilitas politik yang lebih besar, tragedi G30S/PKI tetap menjadi kenangan kelam yang mengingatkan akan pentingnya perdamaian, toleransi, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun