Sebuah negara keajaiban dan kemakmuran, dikenalkan dengan memajukan Islam pada zamannya - Cordoba dimulai dengan kerajaan Umayyah diambil alih oleh Abbasiyah pada tahun 750, dan pusat peradaban Islam pindah dari Damaskus di Suriah ke Baghdad.Â
Situasi ini memaksa khalifah Umayyah saat itu, Abdul Rahman I - yang dikenal sebagai Abd Rahman Dakir - untuk melakukan perjalanan ke Spanyol. Dia kemudian mendirikan kerajaan Umayyah kedua di Spanyol, dengan Crdoba sebagai ibukotanya.
Nama Crdoba selalu memiliki kekhususan di telinga setiap orang Eropa yang percaya pada kebangkitan kemanusiaan dan peradaban. Secara geografis, Crdoba terletak di provinsi Andalusia di Spanyol barat. Kota bersejarah ini terletak di tepi Sungai Guadalquivir. Awalnya dikenal sebagai Baht Iberia, kota ini dibangun di Guadalquivir selama pemerintahan Romawi.Â
Sejak itu, nama Crdoba menjadi terkenal. Penguasa Romawi Locio pernah menguasai kota dan menjadikannya ibu kota negara bagian Meridional Spanyol pada 169 SM. Komandan militer Romawi Julius Caesar juga sempat menaklukkan Crdoba pada tahun 45 M. Lima abad kemudian, Crdoba berada di bawah kekuasaan Bizantium di bawah komando raja-raja Goth Barat.
Ketika Islam memasuki wilayah tersebut pada tahun 711 atau 93 M, sejarah Crdoba memasuki babak baru. Di bawah komando Tariq bin Ziyad, tentara Islam membawa pesan dakwah dan berhasil menaklukkan Spanyol dari Visigoth, Kekaisaran Visigoth.Â
Crdoba menjadi ibu kota Spanyol ketika Bani Umayyah digulingkan oleh Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Bagdad. Setelah dikalahkan oleh Abbasiyah, Bani Umayyah mendirikan kekuasaan mereka di Spanyol.Â
Crdoba mulai menjadi pusat kekuasaan Umayyah di bawah Abdul Rahman Ad-Dakir atau Abd Rahman I. Masa Islam masuk dan berkembang di Crdoba adalah 711-912 M. Dari tahun 912 hingga 976 M, peradaban Crdoba mulai merayap. As-Samah bin Malik Al-Khalani adalah sosok yang mengembangkan dan mengembangkan Crdoba menjadi salah satu kota terbesar di Eropa.
Masa Kejayaan
Selama Kekhalifahan Cordoba, ekonomi sangat berkembang. Terutama di bidang perdagangan. Cordova juga mendapat banyak rampasan perang. Sementara perang yang sering terjadi dengan kerajaan Kristen utara menghabiskan banyak uang, mereka juga menghasilkan banyak barang rampasan.
Pada tahun-tahun awal, Crdoba bahkan menerima pajak keamanan yang besar. Perdagangan Muslim menghubungkan Andalusia dengan wilayah Mediterania dan sekitarnya. Selain itu, Khilafah Cordoba telah merevitalisasi industri seperti tekstil, keramik, kaca, logam dan pertanian.Â
Pemerintah juga mulai mengenakan tarif pada perdagangan impor dan ekspor. Selain itu, Crdoba menerima pendapatannya dari pajak (jizyah) yang dibayarkan oleh orang Yahudi dan Kristen.Â
Di bidang pertanian, orang-orang Arab memperkenalkan beberapa tanaman baru. Contohnya termasuk nasi Crdoba, semangka, pisang, terong dan gandum. Andalusia juga mengembangkan pertanian, karena didukung oleh sistem irigasi dan kincir angin yang baik. Crdoba juga merupakan pusat budaya Andalusia.Â
Khalifah memberikan perhatian khusus pada pembangunan masjid. Salah satu masjid yang mendapat banyak perhatian adalah Masjid Agung Crdoba atau dikenal juga dengan nama Mezquita.
Crdoba menjadi pusat intelektual Eropa. Di Crdoba, teks-teks Yunani kuno diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Latin, dan Ibrani. Saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dihargai. Pakar sains, sejarah, geografi, filsafat, bahasa, dan berbagai disiplin ilmu muncul di Crdoba.Â
Pasta gigi, deodoran, fashion dan penataan rambut juga diperkenalkan ke Eropa dari Andalusia. Abu al-Hasan Ali bin Nafi atau Ziryab menjadi seniman muslim multitalenta yang memperkenalkan dunia fashion ke benua biru.
Masa Kemunduran
Runtuhnya Islam di Spanyol Periode runtuhnya Islam di Spanyol dimulai pada 1086 M, ketika Spanyol dibagi menjadi tiga puluh negara kecil.Â
Hal ini juga menyebabkan perpecahan di wilayah Islam. Hal ini menyebabkan perang saudara di antara umat Islam karena kekuasaan teritorial. Insiden seperti itu terus berlanjut dan semakin melemahkan pengaruh Islam di Spanyol.Â
Ahmad Syalabi, dalam Islamic History and Culture (1983: 76), menyebutkan bahwa Cordoba dan Seville jatuh ke tangan penguasa lokal pada tahun 1248 M, dan Spanyol kemudian dipisahkan dari kekuasaan Islam satu demi satu.
Pada akhirnya, pengaruh Islam di Spanyol berakhir pada 1492 M, ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bergabung untuk menyerang Andalusia. Pemimpin Islam saat itu, Abu Abdullah, tidak mampu menahan serangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella hingga akhirnya kebobolan dan menyerahkan kekuasaan kepada dua pemimpin baru tersebut.
Dinasti Umayyah yang kalah harus meninggalkan Spanyol. Di bawah kepemimpinan Ferdinand III, Crdoba memutuskan untuk mengambil alih Masjid Agung Crdoba dan mengembalikannya ke fungsi aslinya.Â
Masjid Agung Crdoba kembali menjadi gereja, dengan katedral Gotik yang disisipkan di tengah bangunan. Sekarang seluruh bangunan dipakai sebagai katedral diosese Cordoba di Spanyol. Ada enam sebab utama yang menyebabkan Cordoba dan Andalusia runtuh, yaitu:
1. Perjanjian dengan Kerajaan Kastilia
2. Memaparkan sejumlah  poin kerjasama yang cenderung menyudutkan posisi pemerintahan Islam
3. Bersatunya dua kerajaan besar Nasrani, Kastilia dan Arogun*
4. Tahun 1469 M dua kerajaan besar Nasrani, Kastilia dan Arogun bersatu setelah pemuka dari kedua kerajaan yaitu Fernando (raja Arogun) dan Isabella (ratu Kastilia) melangsungkan pernikahan.Â
Padahal sebelumnya, keduanya dikenal sebagai musuh bebuyutan. Jelas, bagi kerajaan Muslim Granada, kejadian ini menjadi ancaman tersendiri. Kesepakatan jaminan keamanan pun perlahan -- lahan hilang bertepatan dengan membaiknya hubungan politis kedua kerajaan ini.
5. Perpecahan dikalangan umat Islam
6. Meninggalkan semangat jihad
7. Hilangnya esensi ajaran agama Islam
Perbedaan masa lalu dengan masa kini
Dapat disimpulkan bahwa Dinasti Umayyah di Andalusia memiliki beberapa Khalifah yang mempunyai pengaruh sangat besar. Kebijakan penting para Khalifah inilah yang menjadikan perekonomian dinasti Umayyah mengalami kemajuan seperti mendirikan lembaga-lembaga pemerintahan yang independen sehingga memudahkan relasi antar mereka tanpa ada intervensi dari kekuatan lain, menjadikan Cordoba sebagai pusat bisnis dan ilmu pengetahuan, melakukan reformasi agraria dan pembukaan pasar khusus, menjalin hubungan harmonis, penguasa, pengusaha dan ulama, serta peningkatan bidang perindustrian dan kelautan.Â
Perkembangan di bidang ekonomi saat itu, dinasti Umayyah menciptakan pasar khusus untuk permintaan dan penawaran barang hasil produksi dari industri-industri yang ada seperti pasar tukang besi, pasar daging, pasar segala macam bunga, dan lain sebagainnya.Â
Berkat kebijakan itu Cordoba dan Sevilla mengalami surplus pertanian karena melimpahnya produksi, sehingga banyak hasil-hasil pertanian di ekspor keluar negeri dalam bentuk perdagangan internasional untuk memenuhi permintaan pasar. Pendapatan Negara meningkat tajam.Â
Penghasilan kerajaan mencapai 6.245.000 dinar, di mana sepertiga dialokasikan untuk angkatan bersenjata (Buchori, 2009: 131). Sedangkan kemunduran ekonomi dinasti Umayyah di Andalusia banyak dilatarbelakangi kepemimpinan yang tidak berintegritas, kehadiran kelas sosial baru yang sering mengganggu kelancaran aktivitas ekonomi, dan sikap diskriminatif terhadap golongan tertentu.Â
Hal tersebut mengakibatkan hilangnya Cordoba yang dulunya sebagai salah satu tempat persebaran agama islam.Â
Bukti lain yang menjadi perbedaan masa lalu dengan masa kini adalah beralih fungsinya masjid agung Cordoba sebagai tempat beribadah umat islam menjadi katedral umat Kristen.Â
Pada bidang ekonomi, untuk mata uang pemerintahan Cordoba di masa lalu menggunakan emas/dinar. Sedangkan di masa sekarang menggunakan mata uang euro.
Sumber: Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, edisi xxxii. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2013)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI