1. Pengaruh lingkungan yang beragam. Remaja ternyata sangat mudah sekali terpengaruh oleh kelompok sebayanya sehingga kebingungan antara keinginan diri sendiri dan ekspektaasi dari lingkungannya membuat adanya tekanan tersendiri atas keputusan ekspresi dan emosi yang akan dikeluarkan. tak hanya lingkungan pertemanan, namun lingkungan keluarga ternyata akan sangat berpengaruh pada karakter remaja.
2. Perubahan hormonal. Saat masa pubertas atau fluktuasi hormon estrogen, progesterone, dan testosteron pada masa pubertas ternyata akan berdampak pada "bentrokan" emosi yang mengakibatkan ambivalensi mood. tak jarang kita merasakan "moodswing" saat pramenstruasi atau kondisi biologis lainnya.
3. Belum "matangnya" otak pada bagian pengendali emosi dan pengambilan keputusan (prefrontal cortex). Ketika bagian tersebut masih dalam tahap berkembang maka kemungkinan remaja rentan akan stres dan bimbang semakin tinggi. Untuk itu, ternyata sangat penting untuk memiliki hobi yang positif agar kita dapat menyalurkan emosi dan ekspresi kita ke hal yang baik.
Bagaimana dampak ambivalensi afektif buat mental helth?
1. Meningkatnya risiko depresi dan kecemasan. Ketidakmampuan menginterpretasi dan mengatur emosi yang "campur aduk" akan sangat rentan untuk memicu timbulnya depresi atau gangguan kecemasan yang juga akan berpengaruh pada Kesehatan mental remaja.
2. Terganggunya aktivitas makan dan tidur. Sering nggak sih, saat mood kita sedang buruk pola makan dan tidur menjadi tidak teratur. Nah, ambivalensi ini dapat mengacaukan jam makan dan tidur kita jika hal ini dibiarkan maka energi untuk beraktifitas akan menurun serta akan berpengaruh pada daya pikir, daya ingat, dan konsentrasi.
3. Perilaku impulsif dan agresi. Ambivalensi emosi dapat menyebabkan remaja mudah melakukan tindakan tanpa berpikir panjang, tak jarang remaja memilih untuk berkelahi, merokok hingga perilaku seks bebas. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mengungkapkan ekspresi kekesalan atau kesedihannya.
4. Perilaku self-harm. Agar dapat "mengatasi" luka batin akibat perasaan bercampur aduk dan kebingungan dengan bagaimana cara mengekspresikan diri, sebagian remaja melukai diri sendiri sebagai bentuk pelampiasan.