Program kerja ketiga yang kami lakukan yakni pelatihan canva guru. Berdasarkan analisis kebutuhan, guru membutuhkan kemampuan menggunakan IT untuk menyusun perangkat pembelajaran seperti modul ajar, LKPD, media, sumber belajar, dll. Sebelumnya, guru hanya mengandalkan buku cetak sebagai satu satunya sumber belajar.Â
Oleh karena itu, mahasiswa melakukan pengenalan dan pelatihan aplikasi canva bagi guru, dengan tujuan guru dapat menggunakan canva untuk membuat perangkat pembelajaran supaya lebih menarik bagi peserta didik. Canva dipilih sebagai media untuk membuat perangkat pembelajaran, karena penggunaannya yang mudah, efektif, dan tersedia banyak template menarik.Â
Mahasiswa sangat senang melihat antusias guru, yang secara usia dapat dikatakan sudah berumur, namun memiliki semangat yang tinggi dalam belajar mengikuti arus perkembangan zaman di dunia pendidikan.Â
Dalam pelatihan ini, mahasiswa memberi tahu dasar-dasar penggunaan aplikasi canva, mulai dari mengenalkan fiturnya, cara menggunakannya, cara mengembangkannya, hingga mengunduhnya. Guru mengaku senang, karena kini mereka dapat membuat perangkat pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif.
Program kerja keempat yang kami lakukan yakni telaah buku digital. Kegiatan literasi di SD Muhammadiyah 15 Surakarta tidak berjalan dengan baik karena peserta didik kurang antusias untuk membaca buku cerita di perpustakaan maupun yang disediakan wali kelas di dalam kelas. Bahkan Perpustakaan SD Muhammadiyah 15 ini sangat memprihatinkan karena tercampur dengan barang-barang di luar kebutuhan kegiatan perpustakaan karena sekolah belum memiliki gudang sendiri.Â
Oleh karena itu, mahasiswa mengadakan program Telaah Buku Digital agar dapat mengembalikan dan meningkatkan antusias peserta didik untuk rutin dalam membaca buku melalui buku digital. Aplikasi yang kami gunakan untuk memilih buku digital sesuai dengan usia anak sekolah dasar adalah aplikasi BukuAku.Â
Selama keberjalanan program ini, peserta didik terlihat sangat antusias dalam membaca buku cerita yang mereka pilih sendiri. Hal ini mempermudah peserta didik untuk memahami maksud dalam cerita itu dan juga peserta didik yang kurang lancar dalam membaca masih tetap bisa memahami cerita tersebut.
"Kami ingin semua warga sekolah baik peserta didik, guru, maupun tenaga pendidik dapat menggunakan kecanggihan teknologi dengan bijak jadi mereka berselancar di internet itu tidak hanya untuk bermain game online, namun dapat menghasilkan suatu karya, membaca-baca buku lewat digital itu kan animasinya lebih dapat" ujar salah satu mahasiswa peserta Kampus Mengajar di sekolah penugasan SD Muhammadiyah 15.
Kepala SD Muhammadiyah 15, Ibu Ernawati Arini Budiarti, S.Pd. sangat mendukung program ini "kami sangat berterima kasih kepada para mahasiswa Kampus Mengajar 7 yang telah menghidupkan kembali sekolah ini dengan berbagai macam program yang telah kalian laksanakan, terutama dalam adaptasi teknologi, ini sangat bermanfaat untuk guru dan peserta didik kedepannya" ungkapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H