Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelacur di Rumah Tuhan

26 Juni 2019   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2019   16:45 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah aku boleh datang bertemu Tuhan setiap saat?" pintanya sekali lagi.

"Jika Tuhan telah membuka hati untukmu, mengapa kami yang berdosa ini menutup jalan bagimu? Engkau tidak hanya mengubah dirimu sendiri. Aku pun telah diubah oleh kesaksian hidupmu. Tuhan datang untuk menyelamatkan orang berdosa bukan orang baik. Aku ada di sini karena dosa yang telah membelenggu. Hanya Tuhan yang mau menerima aku. Janganlah takut datang pada Tuhan," kataku pada pelacur itu.

Malam ini rumah Tuhan kedatangan seorang tamu istimewa. Ini bukan soal seorang kudus yang datang berkunjung atau merayakan ekaristi. Keindahan itu saat seorang berdosa datang dan merasakan cinta kasih Tuhan. Di hadapan pelacur itu aku merasa terasing. Tuhan yang selama ini tak kelihatan kini hadir di tengah-tengah kami. Ada begitu banyak orang yang ingin bertemu Tuhan hanya saja pintu kudus Tuhan selalu tertutup.

Dering handphone pelacur itu berdering. Panggilan hidup kembali berbunyi. Dengan wajah bahagia dia menjawab panggilan itu. Bahasa rayu nan manja menyisir setiap kata yang diungkapkan. Dia tersenyum bahagia. Beberapa menit berselang dia mengambil tas dan meninggalkan gereja. Dia menandakan dirinya dengan tanda salib. Pelacur itu telah memenangkan pergulatan dalam hidup.

Selepas kepergiaannya aku duduk di bangku gereja. Aku memandang bisu patung Pieta di samping altar kudus. Maria memandang wajah Tuhan yang terluka. Aku menutup permenungan hidup dengan mendoakan pelacur itu. Semoga peristiwa  hari ini menjadi jalan baginya untuk selalu berkunjung ke rumah Tuhan. Satu keyakinanku dia pasti akan bertobat.

Pintu rumah Tuhan kembali diketuk. Aku kaget bukan main. Dengan langkah yang pasti aku membuka pintu gereja. Aku tak menemukan seseorang. Serentak aku berdiam. Apa yang terjadi?

"Ah, Tuhan. Engkau telah mengetuk pintu hatiku. Bantu aku tuk kembali membuka semua pintu hati bagi-Mu," pintaku pada-Nya sambil menutup pintu gereja.

- Cerpen ini sudah dimuat di Majalah Hidup Katolik, 26 Mei 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun