Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelacur di Rumah Tuhan

26 Juni 2019   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2019   16:45 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelacur itu merasakan cinta yang mendalam bersama Yesus dan Maria. Sejak menginjakkan kaki di rumah Tuhan, dia tak mengeluarkan sepatah katapun. Mungkin saja dia berbicara dari hati ke hati bersama Tuhan. Ini sungguh luar biasa. Dosanya telah menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Namun, dia hanya ingin mengeluh pada Tuhan.

"Yesus dan Bundaku. Aku tak pernah merasakan ketenangan batin seperti ini. Begitu lama aku terkubur dalam dosa. Sudah dua puluh tahun aku mencari ketenangan. Namun, semuanya sia-sia. Hari ini Engkau memenuhi kerinduan itu. Aku menemukan hidupku kembali. Hidup di bayang-bayang kebahagiaan yang selama ini terkubur dosa sosial," bisik pelacur itu pada Tuhan.

Aku larut dalam kesedihan yang sama dengan pelacur itu. Bagiku hidup yang baik terjadi saat semua hal baik dijaga secara baik. Ternyata penghayatan hidup seperti itu tidak sungguh memberi kebaikan. Terkadang aku terkekang oleh aturan yang menjadikanku orang baik. Aku tak mampu bebas menjadi diriku sendiri. Sistem yang dihidupi turun temurun telah menjadikanku manusia munafik.

"Pelacur itu telah bertindak mulia di hadapan Tuhan meski manusia menilainya tidak baik. Dia telah hidup dengan bebas dan datang kepada Tuhan dengan hati yang bebas. Tak ada paksaan untuk mengikuti cara hidup seperti ini atau itu. Dia masuk dalam kedosaan yang kelam dan kembali dalam cahaya yang gemerlap. Pelacur ini membuka pemahaman baru dalam diriku. Berjalan dalam aturan itu baik, namun menjadi manusia aturan hanya membuatku menjadi feodal. Terima kasih perempuan pelacurku," ungkapku dalam hati.

Keprihatinanku akan kedatangan ibu-bu yang membersihkan gereja telah hilang. Aku ingin pelacur itu tetap dalam rumah Tuhan. Aku tahu dia berdosa. Dia telah jatuh dan kini dia mampu menunjukkan bagaimana caranya untuk bangkit. Banyak buku yang telah kubaca. Namun, pelacur ini adalah buku yang memberikan pelajaran kepadaku dalam kelemahanku sebagai manusia.

Banyak buku dihasilkan oleh para penulis. Sayangnya, buku-buku itu tak pernah tahu apa kelemahannya. Pelacur ini adalah buku hidup yang telah memberi inspirasi hati dan pikiranku. Aku bangga membacanya di rumah Tuhan. Semua halaman hidupnya tertulis rapi melalui jalan yang direncanakan oleh Tuhan.

***

Bunyi lonceng terdengar indah. Koster menarik tali lonceng dengan penuh semangat. Suasana terasa indah. Tuhan telah menunjukkan cintanya bagi siapapun yang dikasihi-Nya. Aku merasakan curahan kasih yang sama dari Tuhan. Kasih itulah yang membuatku semakin dekat pada-Nya. Dosa tak pernah menjadi pemisah antara aku dan Tuhan.

Waktu menunjukkan pukul 18.00. Bersama ibu-ibu yang membersihkan gereja kami berdoa Angelus. Doa kami mengagetkan pelacur itu. Dia larut dalam pelukan Yesus dan Maria. Dia membuat tanda salib dengan tegar. Kulihat mulutnya mendoakan doa Angelus. Aku sangat bahagia melihat perubahan dalam dirinya.

"Apakah aku boleh datang bertemu Tuhan setiap saat?" tanya perempuan itu.

Aku meneteskan air mata. Pertanyaannya memukul hatiku. Dia sungguh menemukan Tuhan. Semua ibu-ibu merasa senang. Mereka menyalami pelacur itu. Keselamatan telah terjadi dalam diri pelacur ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun