Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anomali Rasa

1 Juni 2019   09:03 Diperbarui: 1 Juni 2019   10:07 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menulis kata hati ini saat putus asa menghantuiku.
Di hadapan Tuhan aku memohon ampun. Pikiranku ikut tergerus dalam ingatan akan dirimu seorang. Aku lembur dalam cinta karena hadirmu adalah segalanya bagiku.

Tidak ada kata bosan untuk sebuah penantian. Meski aku tak tahu akhir dari penantian itu sendiri. Aku terkungkung dalam kecemasan yang tiada bertepi. Rasa itulah yang membuatku menunggu dengan setia.

Bagiku jodoh hanyalah titipan.
Apakah kamu percaya itu ?? Semuanya karena Tuhan telah mempertemukanku dengannya yang telah mengombang-ambingkan rasa ini. Bersamanya aku ingin mengukir sejuta rasa. Di sisinya cinta dengan segala pasang surutnya mampu menganyak asa tuk melangkah berdua.

Aku tahu semuanya tak segampang yang kubayangkan. Ikatan sakral itu membuatku tak mampu melangkah lebih jauh. Tanggapan mulia atas sumpah selibat yang engkau berikan menjadi kegelisahanku. Engkau akan masuk dalam spasi cinta yang tak mungkin kutapaki bersama. Hari itu aku akan meneteskan airmata.

Perasaanku tak tentu arah antara ikhlas dan tidak. Aku takut harus melepas atau terus menggenggam kebahagiaan yang selama ini kurasakan.

Aku tahu dalam tangis sedihku ada luka yang menikam. Engkau menangis bahagia karena terlepas dari segala rasa yang ada. Mungkinkah engkau berada dalam kesedihan yang sama ketika aku harus hilang dari perhatianmu.
Entahlah airmata itu mungkin hanyalah sebuah ambigu yang hadir untuk melingkupi hati.

Teruntukmu: WETA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun