Aku menulis kata hati ini saat putus asa menghantuiku.
Di hadapan Tuhan aku memohon ampun. Pikiranku ikut tergerus dalam ingatan akan dirimu seorang. Aku lembur dalam cinta karena hadirmu adalah segalanya bagiku.
Tidak ada kata bosan untuk sebuah penantian. Meski aku tak tahu akhir dari penantian itu sendiri. Aku terkungkung dalam kecemasan yang tiada bertepi. Rasa itulah yang membuatku menunggu dengan setia.
Bagiku jodoh hanyalah titipan.
Apakah kamu percaya itu ?? Semuanya karena Tuhan telah mempertemukanku dengannya yang telah mengombang-ambingkan rasa ini. Bersamanya aku ingin mengukir sejuta rasa. Di sisinya cinta dengan segala pasang surutnya mampu menganyak asa tuk melangkah berdua.
Aku tahu semuanya tak segampang yang kubayangkan. Ikatan sakral itu membuatku tak mampu melangkah lebih jauh. Tanggapan mulia atas sumpah selibat yang engkau berikan menjadi kegelisahanku. Engkau akan masuk dalam spasi cinta yang tak mungkin kutapaki bersama. Hari itu aku akan meneteskan airmata.
Perasaanku tak tentu arah antara ikhlas dan tidak. Aku takut harus melepas atau terus menggenggam kebahagiaan yang selama ini kurasakan.
Aku tahu dalam tangis sedihku ada luka yang menikam. Engkau menangis bahagia karena terlepas dari segala rasa yang ada. Mungkinkah engkau berada dalam kesedihan yang sama ketika aku harus hilang dari perhatianmu.
Entahlah airmata itu mungkin hanyalah sebuah ambigu yang hadir untuk melingkupi hati.
Teruntukmu: WETA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H