Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waelengga, Jalan Menuju Mimpi

17 Mei 2019   12:44 Diperbarui: 18 Mei 2019   08:22 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Waewole sedang menikmati indahnya alam Waelengga (Dok. Stefan Bunga)

Pada sore hari kami menikmati segarnya air sungai. Sungguh, bahwa aku belum pernah menemukan sungai di sini, yang seindah di tempat asalku. Kalian tahu, sukacita mandi bersama cewe dan cowo saat masih kecil, sangat mengasyikan. Kami bisa mandi berjam-jam. 

Saat hari mulai gelap, kami kembali ke rumah. Nah, sebelum pulang kami mencari cara agar tidak dimarahi Mama. Satu cara yang manjur, yaitu mencari kayu bakar. Saat gelap kayu bakar yang paling mudah diperoleh adalah kayu pagar milik orang. Saat itu operasi besar-besaran terjadi. Kebun yang sebelumnya memiliki pagar kini telanjang tak berpagar. 

Ketika tiba di rumah aku sengaja membanting kayu bakar sekuat tenaga. Hal ini agar didengar oleh Mama. Saat mendengar bunyi kayu, Mama langsung menyambut dengan senyum indah. Kebahagiaan itu disempurnakan dengan uang Rp. 2.000,00, dari Mama. Ya, uang itu biasanya kugunakan untuk membeli susu dancow seharga Rp. 1.500,00. Dan, uang Rp. 500,00, kupakai untuk membeli wafer. 

Saat malam tiba, aku biasanya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh ibu dan bapa guru. Setelah itu, aku langsung menikmati mimpi yang indah. 

Saudara semua, demikian kisah masa kecilku di kampung halaman. Kalian boleh berbangga dengan pengalaman kalian. Namun, pengalamanku adalah jalan menuju mimpi yang indah. Alam sudah berjalan bersamaku sejak kecil. Kini saatnya untuk membalas budi baik alam dan semua orang yang pernah hadir dalam masa kecilku. 

Setelah mengisahkan pengalaman masa kecil, semua teman-teman menepuk bahuku. Mereka mengatakan bahwa, "Masa kecilmu sungguh luar biasa. Berbanggalah pada tempat di mana engkau berpijak. Dari sanalah engkau bisa bangkit." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun