Pada sore hari kami menikmati segarnya air sungai. Sungguh, bahwa aku belum pernah menemukan sungai di sini, yang seindah di tempat asalku. Kalian tahu, sukacita mandi bersama cewe dan cowo saat masih kecil, sangat mengasyikan. Kami bisa mandi berjam-jam.Â
Saat hari mulai gelap, kami kembali ke rumah. Nah, sebelum pulang kami mencari cara agar tidak dimarahi Mama. Satu cara yang manjur, yaitu mencari kayu bakar. Saat gelap kayu bakar yang paling mudah diperoleh adalah kayu pagar milik orang. Saat itu operasi besar-besaran terjadi. Kebun yang sebelumnya memiliki pagar kini telanjang tak berpagar.Â
Ketika tiba di rumah aku sengaja membanting kayu bakar sekuat tenaga. Hal ini agar didengar oleh Mama. Saat mendengar bunyi kayu, Mama langsung menyambut dengan senyum indah. Kebahagiaan itu disempurnakan dengan uang Rp. 2.000,00, dari Mama. Ya, uang itu biasanya kugunakan untuk membeli susu dancow seharga Rp. 1.500,00. Dan, uang Rp. 500,00, kupakai untuk membeli wafer.Â
Saat malam tiba, aku biasanya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh ibu dan bapa guru. Setelah itu, aku langsung menikmati mimpi yang indah.Â
Saudara semua, demikian kisah masa kecilku di kampung halaman. Kalian boleh berbangga dengan pengalaman kalian. Namun, pengalamanku adalah jalan menuju mimpi yang indah. Alam sudah berjalan bersamaku sejak kecil. Kini saatnya untuk membalas budi baik alam dan semua orang yang pernah hadir dalam masa kecilku.Â
Setelah mengisahkan pengalaman masa kecil, semua teman-teman menepuk bahuku. Mereka mengatakan bahwa, "Masa kecilmu sungguh luar biasa. Berbanggalah pada tempat di mana engkau berpijak. Dari sanalah engkau bisa bangkit."Â