Potret senja di kampung halaman. Bermain bola di petak sawah. Ayam bertengger menandakan gelap. Seribu kaki menuju sungai. Air menguning menguliti tubuh. Suara mama memekakkan telinga. Walau berenang di dasar air. Wajah mama menatap lekak. Tangan kanan memegang kayu. Ritme litani mengayun kasih. Dari tangan pemiliki rahim.
Air mata sang seniman purba mengalir di pelupuk mata. Perlahan menganak sungai tak terbendung. Seteguk nafas menghempaskan dada. Sejuta sedih mengubur bahagia. Bunga tidur menjebak rasa. Kampung halaman memanggil ke ruang rindu. Terlintas kisah manis masa itu.
Berayun langkah mengejar bangau. Ketika padi tua menguning. Pondok sawah meneduhkan kasih. Menatap pipit pengintai padi. Kembali ke potret senja kelabu. Suara teman bermain kelereng. Memaksa hati tuk bertemu. Siapa tahu aku menang. Modal besok kembali juara.
Potret senja di kampung halaman. Suara hati mengorek luka. Melacak jejak kaki di balik debu kerinduan. Sapuan angin mampu menghapusnya. Berharap tak kembali mimpi semalam.
Salam, PEACE WAELENGGA
Yogyakarta, 05 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H