Ketika ada konflik, hal yang perlu dilihat adalah watak setiap orang. Tiga faktor di atas sebenarnya menjadi tungku yang baik untuk menanak pribadi seseorang.Â
Terkadang orang lupa menahan amarah sehingga mudah menyulut api kebencian. Pribadi manusia berada di atas ketiga tungku ini dan atau masih ada tungku yang lain. Kenyataan akan adanya api membuka kesadaran setiap orang untuk mengontrol tungku apinya sendiri.
Untuk memahami watak orang NTT, harus melihat tungku yang membentuknya. Faktor keturunan, alam dan lingkungan adalah tiga tungku utama yang membentuk watak kerasnya.Â
Perlu direfleksikan bersama bahwa memiliki watak yang keras tidak berarti jahat. Watak keras melambangkan keterbukaan, kemurnian, ketulusan, semangat juang, kepolosan, blak-blakan, dan mampu mengakui kesalahan. Jangan pernah takut bersahabat dengan orang NTT, ya.
Aku lupa satu hal. Lirik lagu yang aku maksudkan ada dalam lagu "Berita Kepada Kawan", karya Om Ebit G. Ade. Sepotong liriknya: "Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang".Â
Bertanya tentang apa? Mengapa Watak orang NTT berwatak keras? Rumput tidak mampu memberi jawaban. Engkau akan menemukan jawaban ketika mampu masuk dalam kehidupan orang NTT.
Salam, PEACE WAELENGGA
Selamat tinggal Januariku
Yogyakarta, 31 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H