Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu, Ayah di Mana?

10 Januari 2019   10:38 Diperbarui: 10 Januari 2019   10:43 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, Ayah di mana?

Kakiku merintih di tanah ini

Tanah yang kata nenek moyang kita penuh dengan kedamaian

Selepas melangkah jauh meninggalkan waktu kulirik dia jua merangkak

Lyan yang sama keluar dari rahim yang berbeda

Ibu, Ayah di mana?

Selepas meneguk sinar dan menelan udara aku merasa sepi

Sepi bukan karena terlahir tanpa cacat fisik atau penyakit

Dia sang sumber sepi tak kulihat selepas selaput mataku kering

Aku bertanya dalam tangis menanti tepukan manja darinya

Ibu, Ayah di mana?

Dari sahabatku mereka berkisah tentang Majapahit dan Sriwijaya

Dua kerajaan yang pernah jaya di masa sejarah

Apakah ayah gugur dalam perang yang diadu mereka sang pencari rempah

Apakah ayah pergi ke tempat yang lebih indah dari pondok kita yang tercerai berai ini

Ibu, Ayah di mana?

Air susu ibu tumpah mengisi kemerdekaan kita

Air mata ibu keluar dihisap oleh sedih yang tergeletak tak bernyawa

Air liur ibu jatuh mengikis harapan tuk bangun

Air ketuban ibu jangan lagi pecah agar tidak ada tanya: Ibu, Ayah di mana?

Ibu, Ayah di mana?

Jangan lagi mengandung

Jangan lagi menikah

Jangan lagi melirik

Jangan lagi menerima lalu bercinta

Ibu, Ayah di mana?

Jangan lagi kau buang aku ke tubir pertanyaan akan keberadaan Ayah

Jangan lagi membuatku tertawa dan menangis bersamaan

Jangan lagi mengisahkan dia yang tidak mampu merawat aku

Jangan lagi memisahkan aku dengan Ibu seperti yang Ayah lakukan

Ibu, Ayah di mana?

Aku tak peduli

Tetaplah menjadi ibuku

Tetaplah menjadi Pertiwiku

Tetaplah menjadi Ayah untukku

Tetaplah mengisi kerinduanku memanggil nama Ayah dalam diri Ibu

Salam In Corde Matris

Kamar 079, 10.36

Yogyakarta, Kamis 10 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun