Usai berjualan di pasar ibu tampak murung, di raut wajahnya terlihat rasa kebingungan yang luar biasa namun aku tak begitu memperdulikan kenapa ibu sekarang. Ibu yang tampak tak bersemi di wajahnya itu selalu menatap dan memperhatikan setiap tingkah laku ku.
Ah…mungkin itu perasaanku saja. Ibu kan selalu berbuat begitu kepadaku, biasanya setiap kali ibu berwajah murung itu pertanda bahwa dagangan ibu hari ini kurang laris begitu juga sebaliknya.
Setiap pagi, ibu pergi menjual dagangannya di pinggir jalan yang berada persis di pintu gerbang menuju pasar tradisional. Ia tak sanggup untuk menyewa sebuah kios di dalam blok pasar rakyat itu, katanya terlalu mahal untuknya dan tidak sesuai pendapatan dengan pemasukan. Ibu bukanlah pedagang kain yang besar, dagangannya hanya cukup untuk memenuhi kehidupan kami selama ini.
Namun tidak kali ini, dagangan ibu habis terjual, ia pulang ke rumah agak sedikit cepat dari pada biasanya, akan tetapi mengapa ibu murung. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunku. Seharusnya ia lebih sedikit bahagia dari hari biasanya. “bu, hari ini kan hari ulang tahunku, aku heran dengan ibu, kenapa ibu tampak sedih begitu? Ibu kenapa?”.
Hanya senyuman yang terlintas di bibirnya ketika pertanyaan itu terlontarkan. Ia bergegas masuk kedalam kamar tidurnya yang hanya berukuran dua kali tiga meter itu dan segera keluar dengan membawa sebuah paket berbentuk kotak kecil yang dibungkus dengan kertas padi berwarna kuning dan meletakan ke atas meja makan yang berada tepat di samping kursi yang kududuki dan lalu duduk di kursi sebelah ku.
Mataku tertuju pada bingkisan tersebut, mungkin ini kado yang dimaksud oleh ibu. Kado yang diberikan ayah untuk ku semasa aku masih dikandungan itu.
Kado yang menjadi rahasiaku selama ini, kado yang membuatku penasaran apa isi di dalamnya. “itu kado dari ayahmu, hari ini engkau berhak untuk membuka kado itu, buka lah…!!” perintah ibu kepada ku.
Hatiku gembira tidak tertahan menerima kado pemberian ayah tersebut. Namun mengapa ibu diam. Tak tampak sedikitpun keceriaan di wajah mungilnya. akupun terdiam dan membisu dengan senyap tanganku menggapai kado dambaan hati dan jemariku mulai menyobek satu persatu kertas bungkusan kotak kecil yang diperkirakan hanya sebesar kotak sepatu.
Kotak itu masih utuh dan belum pernah dibuka sebelumnya. Sedikit demi sedikit sampul kotak itu mulai habis. Rasa berdebar dan gembira menyemat di pikiran.
Maklum, baru kali ini aku mendapat kado special di hari ulang tahunku. Kegembiraanku semakin memuncak saat aku mulai membuka tutup kotak yang terbuat dari kardus bekas itu.
Tak ada yang berharga di dalam bingkisan kado, hanya ada sebuah photo seorang lelaki yang berdampingan dengan seorang perempuan yang cantik jelita dan terlihat lebih muda dari pada pria separuh baya itu.