Mohon tunggu...
atanera de gonsi
atanera de gonsi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Golo Koe Sebagai Bentuk Gerakan Sosial Gereja Untuk Perubahan Pariwisata Labuan Bajo

14 Agustus 2023   17:14 Diperbarui: 14 Agustus 2023   17:39 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Artikel ditulis Oleh Sirilus Gonsi

Gereja Katolik Manggarai bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar Festival Golo Koe untuk kedua kalinya di Labuan Bajo 10-15 Agustus 2023. Festival Golo Koe kedua ini merupakan lanjutan Festival Golo Koe yang pernah dilaksanakan sebelumnya pada Agustus 2022 yang lalu. Pada Festival kali ini Gereja Katolik Manggarai atau Gereja Katolik Keuskupan Ruteng mengusung tema Ekonomi Sejahtera, Adil dan Ekologis.

Festival merupakan sebuah pesta atau acara meriah untuk mengenang sesuatu. Festival Golo Koe  Labuan Bajo merupakan kegiatan pariwisata religi yang dirintis oleh Gereja Katolik Keuskupan Ruteng bersama pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. Inti dan puncak dari festival Golo Koe Labuan Bajo adalah prosesi perarakan patung Bunda Maria Assumpta Nusantara mengelilingi kota Labuan Bajo yang berakhir dengan pentataan di Gua Maria yang terletak di Golo Koe Labuan Bajo. Golo Koe adalah nama sebuah bukit kecil yang ada di tengah kota Labuan Bajo. Golo artinya gunung atau bukit, dan Koe artinya kecil. Golo Koe berarti bukit kecil. Di Kolo Koe ini akhir dari prosesi Patung Bunda Maria Assumta Nusantara. 

Festival Golo Koe selain sebagai sebuah momen untuk perayaan pesta perarakan patung Bunda Maria, penulis melihatnya sebagai bentuk gerakan sosial yang dibuat oleh Gereja untuk perubahan pariwisata di Mangggarai Barat khususnya dan Manggarai umumnya. Hal ini tentu atas dasar alasan dari jumlah peserta yang hadir dan komunitas yang bergabung dalam festival ini. Viva.co.id. Melaporkan bahwa 1.500 peserta dari 86 komunitas dan lembaga di keuskupan Ruteng, serta 152 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga turut berpartisipasi dalam gelaran festival Golo Koe ini. 

Wikipedia mengartikan gerakan sosial sebagai aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan kelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik  dengan melaksanakan, menolak atau mengkampanyekan nilai sebuah perubahan. Festival Golo Koe dipandang sebagai sebuah bentuk gerakan sosial bila melihat isu yang diusung dalam festival tersebut yaitu ekonomi sejahtera, adil dan ekologis. Ekonomi sejahtera, adil dan ekologis adalah kampanye yang digaungkan dalam festival ini. Tema ini tentu berakar pada konteks masyarakat Manggarai yang belum sejahtera, adanya ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata Labuan Bajo dan juga fakta keterpurukan alam dan lingkungan hidup yang kurang menunjang aktivitas manusia dalam berwisata.

www.detik.com mengutip pernyataan Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat bahwa tujuan Festival Golo Koe  untuk menumbuhkembangkan pariwisata yang bermartabat di Labuan Bajo Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur dan Flores umumnya. Bagi Mgr. Sipri, pariwisata yang bermartabat memiliki ciri yaitu berpartisipasi, berbudaya dan berkelanjutan. Berpartisipasi dimaknai sebagai pariwisata yang menyejahterakan dan melibatkan masyarakat lokal. Berbudaya artinya meningkatkan pariwisata yang berakar dan bertumbuh dalam kearifan dan spiritualitas setempat. Berkelanjutan menandakan pariwisata yang merawat dan mendendangkan kelestarian alam ciptaan. Festival Golo Koe tentu untuk meraih tujuan sebagaimana yang diungkapkan uskup di atas. 

Pernyataan Uskup di atas merupakan hasil pergumulan dari kontek sosial yang dijumpai dalam pariwisata Labuan Bajo. Menilik fakta bahwa pengembangan pariwisata Labuan Bajo belum maksimal dan belum berakar dalam paradigma masyarakat Manggarai Barat, serta minimnya keterlibatan masyarakat umum dalam pengelolaan sektor pariwisata Manggarai Barat. Di samping itu adanya kepedulian akan urgensitas budaya dalam pengembangan pariwisata mendorong Gereja Katolik Manggarai untuk mengkampanyekan aspek berbudaya dari pariwisata melalui gerakan festival Golo Koe. 

Pagelaran Festival Golo Koe tentu berkaca pada konteks sosial yang sudah hadir ke ruang publik Manggarai Barat khususnya dan Manggarai umumnya. Adanya kepincangan dalam pengolahan dan pengelolaan pariwisata Labuan Bajo menggugah nurani Gereja  Katolik untuk terlibat dalam menemukan aspek yang baik dalam pengelolaan serta melibatkan partisipasi masyarakat umumnya. Isu pariwisata Labuan Bajo hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu seperti travel agen, warung makan, hotel dan pihak-pihak terkait. Isu lain seperti pariwisata Manggarai Barat tidak menguntungkan para petani setempat, sebab sayur-sayur, buah-buahan yang ada di Manggarai Barat, didatangkan dari luar Manggarai. Hal lainnya adalah kurangnya pelestarian budaya Manggarai dan kekhasan Gereja Katolik Manggarai sebagai salah satu aspek penunjang pariwisata Manggarai Barat. Padahal wisata rohani, dan aspek budaya Manggarai penting dihidupkan dalam pengembangan dunia pariwisata yang bermartabat dan beradab. Singkatnya bahwa ada banyak hal yang belum digali pada masyarakat lokal Manggarai dalam menunjang pariwisata Labuan Bajo. 

Berbagai kepincangan dan keresahan terkait pengolahan dan pengelolaan pariwisata Manggarai Barat menggugah Gereja Katolik Manggarai untuk terlibat. Keterlibatan Gereja selalin melalui pewartaan, juga melalui sebuah gerakan sosial. Karena itu, Festival Golo Koe  dipoles dan diramu oleh Gereja Katolik Manggarai sebagai sebuah gerakan sosial, agar pariwisata Manggarai Barat tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, melainkan bisa menjangkau masyarakat umumnya, termasuk Gereja katolik itu sendiri. Festival Golo Koe merupakan sebuah gerakan sosial yang merupakan metode dan cara gereja dalam menciptakan keunikan wisata Labuan Bajo.

Dalam gerakan sosial, ada kelompok yang digerakkan untuk meneriakkan isu-isu tertentu untuk perubahan. Festival Golo Koe dianggap sebagai gerakan sosial sebab festival ini meneriakkan ekonomi berkelanjutan terhadap pertumbuhan pariwisata super premium Labuan Bajo. Gereja Keuskupan Ruteng atau Gereja Katolik Manggarai menggerakkan dan mendorong paroki-parokinya dan Orang Muda Katoliknya (OMK) untuk mulai membuka dan menciptakan lapangan kerja yang bertujuan  pada pariwisata. Selain itu Gereja Katolik Manggarai juga menggerakkan 152 UMKM lintas agama dan komunitas untuk berpartisipasi dalam festival Golo Koe. Festival Golo Koe, tidak hanya melibatkan masyarakat Manggarai Barat, melainkan juga umat dan masyarakat yang ada di wilayah Manggarai dan Manggarai Timur.

Festival Golo Koe sebagai bentuk gerakan sosial memiliki target yang menjadi fokus gerakan. Festival  Golo Koe yang menampilkan berbagai parade budaya Manggarai tentu memiliki visi dan misi akan pentingnya sektor budaya Manggarai untuk destinasi pariwisata Labuan Bajo. Kearifan lokal dan kekhasan budaya Manggarai ditampilkan untuk keadaban wisata Manggarai Barat yang kontekstual. Festival Golo Koe dirancang untuk menumbuhkan dan mengembangkan pariwisata Labuan Bajo yang bertumbuh dalam keunikan dan kekayaan spiritual dan kultural Manggarai.

Target lain dalam gerakan sosial festival Golo Koe  untuk menggiatkan kegiatan ekonomi kreatif masyarakat Manggarai untuk tujuan kesejahteraan hidup. Upaya ini melalui pameran dan kuliner yang melibatkan usaha mikro, kecil dan menengah  dari hampir seluruh paroki yang ada di keuskupan Ruteng. Pameran seperti tenun ikat, kuliner, anyaman tradisional, kopi gula dan hal lainnya dihadirkan saat festival ini. Usaha kecil yang menjadi keunikan tiap wilayah di Manggarai juga dipajang dan dipampang, bahkan menjadi branding usaha. Sebagai contoh, setelah festival Golo Koe  yang pertama, branding kopi Nggoang, Sopi Kolang, dan Gula Kolang menjadi terkenal dan mendapatkan daya beli masyarakat lokal dan global. Target dan fokus dalam upaya menumbuhkembangkan usaha kecil menengah seperti yang disebutkan ini adalah sasaran dari gerakan sosial Festival Golo Koe. 

Isu lingkungan hidup juga adalah kampanye  yang ingin diserukan dalam gerakan sosial Festival Golo Koe. Aksi penanaman bambu dan bakau diseputaran daerah aliran sungai adalah aksi nyata kepedulian dan gerakan Gerjea katolik Manggarai untuk pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup yang nyaman dilestarikan di Labuan Bajo untuk menunjang destinasi pariwisatanya. 

Selain menampilkan parade budaya, pentas seni dan menggiatkan ekonomi kreatif, gerakan festival Golo Koe   yang dirancang oleh Gereja Katolik Manggarai memiliki fokus dalam menghidupkan dan menumbuhkan wisata rohani di Labuan Bajo. Wisata rohani dilihat sangat urgen untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman serta spiritualitas orang Manggarai dan wisatawan. Wisata rohani juga dilihat  sebagai destinasi pariwisata yang unik dan khas. Karena itu setelah festival diharapkan agar situs-situs rohani dan objek wisata rohani dikembangkan untuk menambah destinasi wisata Manggarai Barat.

Festival Golo Koe  sebagai bentuk gerakan sosial Gereja menyerukan kebiasaan dan ritus baru untuk pariwisata Labuan Bajo. Melalui Gerakan Festival Golo Koe  Gereja Katolik Manggarai menghendaki supaya kebiasaan dan ritus serta prosesi perarakan Patung Bunda Maria Assumpta Nusantara mengelilingi kota Labuan Bajo dilaksanakan tiap tahun di Manggarai Barat. Perarakan patung ini mesti menjadi kegiatan  rutin tahunan dan menjadi keunikan dan cirikhas tersendiri dalam pengolahan pariwisata super premium Labuan Bajo. Perarakan patung ini merupakan salah satu objek dan destinasi wisata yang menjadi keunikan dan kekhasan Labuan Bajo dalam wisata rohani. 

Festival Golo Koe  sebagai bentuk gerakan sosial merupakan metode Gereja Katolik Manggarai dalam menciptakan keunikan wisata Labuan Bajo. Festival Golo Koe  adalah cara Gereja menggerakkan umatnya untuk terlibat aktif dalam mempromosikan dan pengolahan wisata Labuan Bajo. Melalui gerakan festival ini Gereja mengharapkan umatnya untuk berpartisipasi, berbudaya dan berkelanjutan. Karena itu, gerakan festival ini mesti menjangkau banyak orang. Festival ini menjangkau masyarakat lokal dan global. Pagelaran festival Golo Koe  menunjukkan kepada masyarakat global bahwa ada keunikan dan kekhususan tersendiri dalam wisata rohani di Labuan Bajo. Hal lain yang ingin ditunjukkan kepada masyarakat global dalam festival ini bahwa gereja Katolik Manggarai memiliki kegelisahan dan kepedulian akan pengolahan dan promosi wisata Manggarai Barat.  Gereja katolik Menggarai tetap menjadi mitra yang baik untuk pemerintah dalam upaya mensejahterakan ekonomi masyarakatnya. Bagi masyarakat lokal, Festival  Golo Koe bisa menumbuhkembangkan usaha mikro, kecil dan menengah melalui pameran yang ditampilkan dalam festival tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun