Pesta sekola yang adalah fenomena sosial yang sudah menjadi budaya di manggarai kadang memicu kegelisahan dan persoalan yang menyulut ketimpangan dan persoalan sosial.Â
Hal ini diindikasikan oleh hadirnya fenomena-fenomena yang tampak dalam setiap seremoni pesta sekola. Gejala yang timbul saat berlangsungnya seremoni pesta sekola yang terjadi belakangan ini (tahun 2004- sekarang)  adalah timbulnya perkelahian  kawula muda yang hadir dalam pesta sekola.Â
Pesta sekola menjadi ajang perkelahian dan tawuran kawula muda. Perkelahian dan tawuran antara pemuda ini seringkali penulis saksikan saat berlangsungnya pesta sekolah di beberapa kecamatan di Kabupaten  Manggarai Barat seperti kecamatan Kuwus, dan Kecamatan Macang Pacar. Perkelahian antara kawula muda ini kadang berujung menjadi perkelahian antara warga kampung, yang kemudian menjadi konflik sosial.
Kegelisahan lain yang ditampilkan oleh fenomena budaya pesta sekola adalah pengantin pesta (yang melanjutkan studi atau yang hendak menyelesaikan studinya di Perguruan tinggi) tidak mampu menyelesaikan sekolahnya atau kuliahnya, bahkan tidak melanjutkan kuliahnya ke Perguruan tinggi karena terlanjur bersuami bagi perempuan dan beristri bagi laki-laki.Â
Terkadang uang hasil pesta sekolah dijadikan modal belis dan modal membangun ekonomi keluarga baru. Hal ini melahirkan akumulasi kegelisahan dan kejengkelan masyarakat serta masyarakat kehilangan harapan akan partisipasi dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan.
Persoalan lainnya adalah pesta sekola memberi keuntungan tertentu bagi pihak penyelenggara pesta, sebab pesta sekola kadang dijadikan taktik untuk menimbun kekayaan.Â
Modusnya adalah meminta bantuan dan belaskasihan berupa bantuan uang bagi seseorang yang melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Setelah pengumpulan uang melalui pesta, yangÂ
bersangkutan  tidak melanjutkan sekolahnya (kuliahnya) tetapi memilih merantau atau bekerja di kota. Bahkan uang hasil pesta sekola dijadikan modal bisnis.
Persoalan persoalan yang disebutkan di atas adalah bentuk ketimpangan  yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat manggarai. Selain itu, ketimpangan-ketimpangan itu mengakibatkan rendahnya partisipasi masyarakat terkait dukungannya terhadap pembiayaan pendidikan.Â
Selain itu peran tanggung jawab masyarakat terhadap sekolah  akan melemah. Alasannya masyarakat akan  kehilangan kepercayaan terhadap kualitas diri dari peserta didik.
Pesta sekola, meskipun menuai segudang persoalan dan keresahan sosial namun masih diharapkan, bahkan dilestarikan oleh masyarakat penganutnya.Â