Mohon tunggu...
Asrofi yahya
Asrofi yahya Mohon Tunggu... Pustakawan - Barokah ilmu Barokah Rizki

Sebaik baiknya manusia adalah orang yang saling memberi manfaat kepada orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergaulan Bebas pada Remaja di Masa Pandemik Berdasarkan Teori Psikodinamika Sigmund Freud

20 April 2021   09:09 Diperbarui: 20 April 2021   09:22 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Energi psikis dalam id dapat meningkat karena adanya rangsangan, baik dari dalam maupun luar individu. Id mempunyai dua cara dalam mencapai keenakan diri yakni : a). Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip karena sinar, dan sebagainya ; b). Proses primer, seperti orang yang haus membayangkan es campur. Karena itu maka perlu ( memerlukan keharusan kodrat ) adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif. Sistem yang demikian ialah ego ( Bischof, 1970). Kemudian yang kedua yaitu Ego, teori Freud yang menyatakan ego mulai berkembang karena ketidakmampuan id untuk memenuhi sendiri kebutuhan individu. Adapun cara yang digunakan masing-masing organisme untuk menjalankan masing-masing Ego dalam rangka memenuhi kebutuhannya disebut sebagai identifikasi (identification) (Salkin, 2009).

Meski Id mampu melahirkan keinginan, namun ia tidak mampu memuaskannya, maka itu berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Ego merupakan mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistis. Egolah yang menyebabkan manusia mampu hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi yang normal) (Djaali, 2008). Sebagai contoh, ketika seseorang merasa lapar, rasa lapar tersebut bersumber dari dorongan id untuk fungsi menjaga kelangsungan hidup. Id tidak peduli apakah makanan yang dibutuhkan nyata atau sekedar angan-angan. Baginya, dia butuh makanan untuk memuaskan adiri dari dorongan rasa lapar tersebut. Pada saat yang bersangkutan hendak memuaskan diri dengan mencari makanan, ego mengambil peran. Ego berpendapat bahwa angan-angan tentang makanan tidak bisa memuaskan kebutuhan akan makanan tersebut.

Aktivitas ego bisa sadar, prasadar, atau tidak disadari. Contoh aktivitas ego yang didasari yaitu : saya melihat teman saya tertawa diruang itu (persepsi lahiriah); saya merasa sedih (persepsi batiniah). Aktivitas pra sadar dapat dicontohkan fungsi ingatan ( saya melihat kembali nama teman yang tadinya telah saya lupakan). Sedangkan aktivitas tak sadar muncul dalam bentuk mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), seperti orang yang selalu menampilkan perangai tempermental untuk menutupi ketidakpercayaan dirinya, ketidakmampuannya atau menutupi berbagai kesalahannya.

Menurut Freud, tugas pokok ego adalah menjaga integritas pribadi dan menjamin penyesuaian dengan alam realitas dengan mengadakan sintetis psikis (Rahayu, 2006). Selain itu, juga berperan memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik di dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Ego mendapatkan kenikmatan (redanya ketegangan atau hilangnya rasa sakit) melalui prinsip pengurangan tekanan ( tension reduction principle). Selain pertimbangan realitas lingkungan, ego menjalankan fungsi penting lainnya sebagai pengatur proses-proses mental, menjadi penengah antara id dan superego, sebagai pengendali level dan arah energi yang tersalur kedunia luar (Salikin : 2009). Dan yang terakhir ketiga yaitu Superego, adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund Freud, yang berfungsi mengontrol ego, bersikap kritis terhadap aktivitas ego, dan bahkan menghantam dan menyerap ego. Sebaiknya terbentuk melalui internalisasi proses memasukkan ke dalam diri berbagai nilai dan norma yang represif yang dialami seseorang sepanjang perkembangan kontak sosialnya dengan dunia luar terutama di masa kanak-kanak. Merupakan dasar moral dari hati nurani. Konflik antara ego dan superego dapat dilihat dari emosi-emosi, seperti rasa bersalah, rasa menyesal rasa malu juga seperti sikap observasi diri dan kritik kepada diri sendiri (Pasiska dan Alisyahbana, 2020 : 9-14).

Oleh karena itu, berdasarkan teori Sigmund Freud agar anak tidak terperangkap dipergaulan bebas maka dibutuhkan pendidikan karakter sejak dini, dan sinilah peran orang tua dan keluarga sangat penting. Ini ada beberapa cara yang mempengaruhi pendidikan karakter seorang remaja, pendidikan karakter remaja oleh keluarga/Orang tua diukur melalui 5 aspek indikator yaitu pengajaran, pemotivasian, peneladanan, pembiasaan, penegakan aturan. Yang pertama Pengajaran, Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas (Gunarsa, 2010). Yang kedua yaitu indikator memotivasi anak, Orang tua merupakan kunci motivasi dan keberhasilan anak remaja, tidak ada pihak lain yang dapat menggantikan peranan orang tua seutuhnya. Keberhasilan orang tua alam menunjang motivasi terletak pada keeratan hubungan antara orang tua dan anak dan yang terpenting bahwa suasana keluarga yang positif bagi motivasi adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa aman dan damai bila berada di tengah keluarga tersebut. Yang ketiga yaitu indikator peneladanan terhadap anak, Peran orang tua dalam keluarga sangat penting bagi anak, karena dengan peran yang dimiliki oleh orang tua tersebut maka dapat mempengaruhi perilaku anak. Ketika anak ingin berperilaku maka anak akan menyesuaikan perilaku dengan perilaku orang di sekitar. Apabila orang tua menjalankan peran dengan baik yaitu memberikan contoh perilaku yang baik dan benar maka akan mempengaruhi anak untuk bertindak atau berperilaku yang sama dengan kedua orang tua. Perkembangan masa anak adalah masa meniru dan mencontoh, melihat, dan mendengar sehingga ditiru oleh anak (Afra, 2011). Yang ke empat yaitu indikator pembiasan terhadap anak, Menurut hasil penelitian Padila, Walker &Thomson (2005) mengungkapkan ada strategi yang digunakan untuk memberikan pesan kepada anak yaitu reasoned cocooning yaitu orang tua secara per-suasive melindungi anak dari pengaruh luar, memperkuat nilai-nilai keluarga pada anak dan memberikan penjelasan yang logis terhadap nilai-nilai yang ditanamkan sehingga menjadi suatu pembiasaan (Allison, 2004). Dan yang terakhir yaitu indikator penegakan hukum terhadap anak, Menurut Sutirna (2014) bahwa disiplin sangat penting diajarkan pada remaja untuk mempersiapkan remaja belajar hidup sebagai makhluk sosial. Untuk memperoleh kedisiplinan yang efektif harus melibatkan semua unsur termasuk remaja dan orang tua, harus bekerja sama dengan baik serta menjaga komunikasi satu sama lain dan bersikap terbuka agar memudahkan pencapaian kedisiplinan yang diharapkan ( Iis Rahmawati Dkk, 2018 : NurseLine Journal, Vol. 3 No. 2).

C.Kesimpulan

Masa pandemik adalah masa dimana sulit-sulitnya anak terdidik dengan baik, banyak kelonggaran yang jarang diperhatikan baik dari orang tua maupun pemerintah sendiri, akibatnya banyak disalahgunakan oleh banyak remaja, dan mereka terjerumus kedalam pergaulan bebas, yang mana pergaulan bebas sendiri berarti perilaku yang menyimpang terhadap norma-norma yang berlaku. Berdasarkan teori Sigmund Freud dalam psikodinamika sendiri setiap jiwa manusia memiliki struktur kepribadian yaitu, id, ego dan superego. Sebagai prinsip kenikmatan ( pleasure principle) Id, inilah yang mengakibatkan bayak remaja terjerumus kedalam pergaulan bebas karena mereka cuma memikirkan kenikmatan saja. Dan egolah yang memutuskan antara mau ke Id atau Superego, jika ini baik maka ego memutuskan ke superego dan sebaliknya jika remaja melakukan hal menyimpang maka ego memutuskan memilih Id. Untuk mengatasi atau mengantisipasi hal tersebut maka dibutuhkan pendidikan karakter sejak dini, apalagi dimasa pandemik ini orang tua sangat berperan penting, mulai dari mengawasi pergaulan anaknya dan mendidik anaknya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Pasiska dan Takbir Alisyahbana. 2020. Manusia Dalam Pandangan Psikologi, Yogyakarta : Budi Utama.

Darnoto Dkk. 2020. Pergaulan Bebas Remaja Di Era Milenial Menurut Perspektif Pendidikan Agama Islam, Jurnal Tarbawi Vol. 17 No. 1.

Nadira, Sitti. 2017. Peranan Pendidikan Dalam Mengindari Pergaulan Bebas Anak Usia Remaja. Jurnal Musawa : Vol. 9 No. 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun