Oleh :
FITK UIN Walisongo, Asrofi Yahya 1903016069 PAI 4 B
Pergaulan Bebas Pada Remaja di Masa Pandemik Berdasarkan Teori Psikodinamika Sigmund Freud
A.Pendahuluan
Di masa pandemik ini banyak kegiatan-kegiatan yang memungkinkan untuk mendatangkan banyak kerumunan hal tersebut itu dilarang, karena di khawatirkan penyebaran Covid-19 meningkat. Akibatnya banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang cenderung mengundang massa banyak itu diliburkan. Melihat kondisi seperti itu, banyak remaja memanfaatkan hal tersebut untuk berhura-hura, berfoya-foya dengan banyak temannya, padahal pada kondisi tersebut masih dilarang untuk berkerumun. Mereka melakukan hal tersebut beralasan karena mereka sudah jenuh untuk dirumah. Tidak itu saja, hal yang memungkinkan juga yaitu dibukanya pariwisata, lemahnya pengawasan baik dari orang tua itu sendiri maupun dari petugas keamanan. Kelonggaran tersebut, akibatnya para remaja dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas, apalagi remaja adalah masa dimana labil-labilnya, keingintahuannya terhadap sesuatu itu besar dan ingin mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukannya. Berikut adalah contoh dampak dari pergaulan bebas, Dilansir dari (Kemenkes RI, 2015), Perilaku seksual pranikah merupakan salah satu akibat dari pergaulan bebas. Permasalahan ini cenderung dilakukan oleh kelompok remaja tengah (15-18 tahun) merupakan masa-masa ingin mencari identitas diri, tertarik dengan lawan jenis, timbul perasaan cinta dan mulai berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Remaja akhir (19-21 tahun) merupakan remaja yang mengungkapkan kebebasan diri dan mewujudkan perasaan cinta yang dirasakannya.
B.Pembahasan
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana "bebas" yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma". Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pergaulan bebas adalah perilaku manusia yang menyimpang yang melanggar norma-norma agama dan tidak ada batasannya. Pergaulan bebas dan dampak negatifnya ditinjau dari pendidikan Islam adalah tata cara pergaulan antara manusia dengan sesama manusia terutama dengan lawan jenisnya yang mengarah kepada pelaksanaan hubungan seks di luar nikah yang mempunyai konsekuensi destruktif, dan juga bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan Islam (Sitti Nadira, 2017 : Jurnal Musawa Vol. 9 No. 2).
Pergaulan bebas bukan termasuk hal yang terjadi bukan karena tidak ada sebab, ada faktor-faktor yang mengakibatkan para remaja terjerumus pergaulan bebas. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas pada anak remaja adalah : 1. Faktor keluarga : Penyebab terjadinya pergaulan bebas dari faktor keluarga adalah, taraf pendidikan keluarga, keadaan keluarga yang tidak stabil (Broken Home), perhatian orang tua, keadaan ekonomi keluarga. 2. Faktor lingkungan sosial, penyebab terjadinya pergaulan bebas dari faktor lingkungan sosial adalah, kurangnya hati-hati dalam berteman (pergaulan), keadaan lingkungan tempat tinggal. 3. Faktor internal, sebagai sesuatu yang berkaitan dengan keadaan dalam diri individu, yang mengacu kepada tingkah laku.dalam berkelompok maupun bermasyarakat yang menyangkut dengan kontrol diri, kesadaran diri, nilai-nilai keagamaan maupun gaya hidup. Penyebab terjadinya pergaulan bebas dari faktor internal menurut Gunarsa adalah, kontrol diri (Kurangnya Kontrol diri), kesadaran diri, nilai-nilai keagamaan (Kurangnya pendidikan agama), life style (gaya hidup). 4. Faktor teknologi informasi, adalah sebuah perangkat yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Teknologi informasi yang di maksud melalui media massa (media elektronik dan media cetak), alatnya berupa televisi, handphone, komputer, majalah dan lain sebagainya (Darnoto dan Hesti, 2020 : Jurnal Tarbawi Vol 17 No.1).
Remaja dapat melakukan pergaulan bebas ternyata manusia itu dapat berubah yang dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Pasiska, 2020. Menyatakan "Berdasarkan teori Psikodinamika yang dikemukakan oleh Sigmund Freud bahwa " Bahwa pikiran merangsang perilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (Rahayu, 2006)". Oleh karenanya banyak kemungkinan yang terjadi dilingkungan terhadap pergaulan remaja, baik itu berpengaruh positif yang mendorong potensi positifnya berkembang, atau malah sebaliknya menjerumuskan remaja ke hal negatif yang dapat mencelakakannya.
Dibalik pengaruh lingkungan sekitar terhadap perkembangan remaja, ada beberapa hal yang melatarbelakangi remaja memutuskan kedalam suatu hal yang ingin dilakukannya.Menurut Freud, Kehidupan jiwa memiliki 3 tingkatan, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), tidak sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian perilaku. Ada beberapa hal yang mengendalikan sebagian perilaku manusia dalam Psikodinamika berdasar pemikiran Sigmund Freud, yang pertama ada Id, dalam bahasa latin "Id" berarti "sesuatu". Id berfungsi Sebagai gudang tempat penyimpanan semua Insting, sudah ada sejak lahir, dan secara ilmu perkembangan id merupakan yang tertua dalam struktur psikologi. Sebagai bentuk penyaluran energi psikis id mewujudkan tujuan perbedaan melalui prinsip kenikmatan yang menyatakan tujuan pokok koperasi mental adalah pencapaian kenikmatan melalui pemenuhan kebutuhan. (Salkin, 2009).
Freud menggunakan istilah id menunjukkan wilayah ketidaksadaran. Id merupakan lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang manusia. Id meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja atau tidak disadari dalam daya-daya mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia (Suryabrata, 2005). Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia pusat Insting (hawa nafsu, istilah dalam agama). Ada dua insting yang dominan, yakni a). libido, insting reproduksi yang disebut juga insting kehidupan (Eros), menyediakan energi dasar kegiatan untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif serta bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan kepada Pencipta, maupun cinta diri (narcisisme); b). Thanathos-insting destruktif dan agresif, merupakan insting kematian. Semua motif manusia adalah gabungan antara Eros dan thanathos (Koeswara, 1991).