Beberapa minggu berlalu setelah pesan singkat itu. Kami saling bertukar cerita sesekali, membahas kesibukan masing-masing, hingga suatu hari, aku mendapat kabar yang tak terduga. "Aku bakal liburan ke Indonesia bulan depan! Akhirnya bisa pulang juga, meski cuma sebentar," tulisnya di layar ponselku. Hatiku melonjak senang. Setelah bertahun-tahun berkomunikasi lewat layar, akhirnya kami bisa bertemu kembali.Â
Hari pertemuan itu tiba. Di sebuah kafe kecil pusat kota yang sering aku kunjungi ini, aku melihatnya sedang duduk menungguku di meja sudut. Ajaib! Dulu, aku yang selalu menunggunya ketika kami berjanjian. Kini, ia datang lebih dahulu dengan pakaian rapi dan elegan, ia telihat sangat anggun dan cantik! Wajahnya tak banyak berubah dengan senyuman yang selalu membuatku merasa hangat. Kami saling berpelukan erat, seakan mencoba menggantikan waktu yang hilang.Â
Percakapan mengalir tanpa henti. Kami tertawa mengingat kejadian-kejadian konyol, membahas kehidupan yang sekarang jauh berbeda, dan merencanakan hal-hal yang dulu hanya bisa jadi angan. Selama pertemuan, aku terkesan melihat bagaimana ia dengan rapi menata semua barang-barangnya, mulai dari mengatur tas hingga meletakkan cangkir dengan hati-hati. Kebiasaan ini membuatku tersadar akan detail-detail kecil yang sering aku abaikan.Â
Saat ingin meninggalkan kafe, ia memastikan untuk meninggalkan tempat dengan bersih, tidak hanya karena kebiasaan di Jerman, tetapi juga sebagai bentuk rasa hormat terhadap tempat yang kami kunjungi. Aku merasa terinspirasi oleh kebiasaan-kebiasaan baik itu. Meskipun kami berasal dari latar belakang yang berbeda, aku melihat bagaimana kebiasaan baik dari tempat lain bisa memperkaya kehidupan sehari-hari. Pertemuan iniÂ
bukan hanya mempererat persahabatan kami, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana kebiasaan kecil bisa membawa dampak besar dalam kehidupan.Â
Meskipun telah sekian lama terpisah, Aku dan sahabatku merasakan kedekatan yang terasa begitu alami. Kami berbagi cerita, tertawa, dan mengingat kembali masa-masa indah yang pernah kami lalui bersama. Ternyata, meskipun banyak hal yang berubah---dari kebiasaan sehari-hari hingga cara kami melihat dunia---persahabatan kami tetap sama seperti dulu.Â
Kejamnya waktu menarik paksa sahabatku kembali menjauhiku secara fisik. Kami berpamitan dengan pelukan erat. Meski jarak dan waktu memisahkan kami, kenangan dan persahabatan kami tetap kuat. Setiap pertemuan, meski singkat, mengingatkan bahwa hubungan yang berarti tak akan pudar, seberapa jauh kami terpisah. Dalam setiap hari yang berlalu, aku tahu bahwa persahabatan kami akan terus menjadi bagian penting dari hidupku, selalu ada meskipun tak selalu terlihat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H