Adapun di Afrika Utara terdapat Perguruan Tinggi Cordoba dan Kairwan. Cordoba yang didirikan oleh keturunan dari dinasti Umayyah di Damaskus mencapai masa kejayaannya dengan menjadi pusat transformasi ilmu pengetahuan ke eropa dengan pluralism yang ada. Cordoba merupakan salah Perguruan Tinggi Islam yang didirikan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil (Abdurrahman I) yang merupakan keturunan dari dinasti Umayyah I yang berpusat di Damaskus. Ia melarikan diri melalui sungai Eifrat setelah adanya invansi besar-besaran oleh Dinasti Abbasiyah yang saat itu bersaing. Perguruan Cordoba ini terletak di Andalusia (yang saat ini Eropa).Â
Dengan pengaruhnya yang besar Abdurrahman I selain mendirikan dinasti Umayyah II ia juga mendirikan Pusat Studi Keilmuan Islam dan Pengetahuan umum yang bernama Cordoba ini di tahun 756 M. Dengan letak strategis diatara benua Afrika dan Eropa, Cordoba telah mengahsilkan peradaban yang maju dalam dunia ilmu pengetahuan baik itu astronomi, kedokteran, anatomi, optik, farmakologi, psikologi, ilmu bedah, zoologi, biologi, botani, mineralogi, metalurgi, sosiologi, hidrostatik, filsafat, puisi, musik, navigasi,sejarah, arsitektur, geografi, fisika, matematika hingga kimia.
Bahkan perpustakaan di Cordoba ini mencapai 70 gedung lebih kurang 400.000 pengunjung di setiap tahunnya. Uniknya dengan letak strategis dari Cordoba ini, masyarakat saat itu terdiri dari tiga agama besar yaitu Islam, Kristen, dan yahudi hidup secara berdampingan dan penuh toleransi. Meski khalifah menjamin keamanan setiap warga dengan agama apapun, namun khalifah tetap menerapkan sistem pajak.
 Pengaruh Universitas Cordoba ini begitu signifikan terhadap ilmu pengetahuan di eropa pada saat itu, Masjid Cordoba merupakan sebagai salah satu tempat pembelajaran. Salah satu tokoh yang berpengaruh ialah Ibnu Rusyd yang berfokus pada filsafat Yunani dengan pendalaman Aristoteles, yang mana kelak karyanya menjadi rujukan di zaman Renainsans di Eropa. Selain Ibnu Rusyd, Ibnu Hazm juga memiliki pengaruh kuat dari karyanya di bidang teologi, hukum dan masih banyak lagi. Â
Terakhir Perguruan Tinggi Kairwan juga menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan juga menjadi sumber bagi bangsa barat di kala itu. Perguruan Tinggi Kairwan (Kairouan) atau saat ini lebih dikenal dengan Universitas Zaituna didirikan di Tunisia (Afrika Barat) pada abad 9 masehi. Pada mulanya pembelajaran pada Perguruan Tinggi ini hanya di Masjidnya yang bernama Masjid Agung Kairwan atau biasa dikenal dengan masjid Uqba.
Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua dan terbesar di Afrika Utara. Masjid Uqba menjadi tempat di mana pengajaran agama, tafsir Al-Qur’an, hadis, dan hukum Islam berlangsung. Sarjana terkenal dalam bidang fiqh, tafsir, dan ilmu lainnya sering mengajar di sini.
Mazhab Maliki dalam hukum Islam, yang berkembang di Kairwan, juga berpengaruh di Al-Andalus dan Afrika Utara. Pemikiran ini tidak langsung memengaruhi hukum Eropa, tetapi tradisi intelektual yang berkembang di Kairwan mendorong pertukaran gagasan antara dunia Islam dan Barat, terutama di Spanyol.
Pengaruh tersebut terlihat dalam cara hukum dan etika dipelajari dan dikodifikasikan di universitas-universitas Eropa.[1]Meski dalam pengajaran agama hanya terfokus pada Mazhab Maliki, Kairwan juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti halnya kedokteran, sains, Filsafat, sastra dan masih banyak lagi.Â
Â
Diantara tokoh yang memiliki pengaruh paling kauat ialah Ishaq Ibn Imran yang menjadi rujukan dalam dunia kedokteran, juga Az-Zahrawi dalam bidang bedah juga memiliki Ensiklopedia yang nantinya menjadi rujukan bagi masyrakat dan universitas di Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H