Mohon tunggu...
Asyratul Aini
Asyratul Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sjech M. Djamjil Djambek Bukittinggi

Aku berfikir maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Persentuhan Barat Terhadap Perguruan Tinggi Islam

11 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orientalis yang merupakan sebuah studi yang berfokus pada Timur dengan segala ke eksotikan hingga peradabannya. Namun demikian yang menjadi sorot utama dari tokoh Barat ini ialah perkembangan dari dunia Islam terlebih khusus dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Hal ini tidak terlepas dari masa kejayaan Islam yang telah mengahsilkan peradaban serta kemajuan ilmu pengetahuan di berbagai bidang baik itu pengetahuan Agama maupun ilmu pengetahuan umum. Seiring perkembangannya zaman, Barat yang saat itu di dominasi oleh Kristen mengalami banyak kekalahan terhadap Islam dalam perang salib.

Sehingga dengan demikian upaya mempelajari keilmuan yang di hasilkan islam pada akhirnya di intenskan agar dapat terpacunya kejayaan Islam saat itu. Seperti Islam yang sebelumnya menerjemahkan teks-teks dari Yunani Kuno menjadi bahasa Arab, orang-orang Eropa pada akhirnya gencar melakukan penerjemahan kembali pada berbagai ilmu pengetahuan dari Bahasa Arab menjadi Bahasa Latin.

Penerjemahan dan pembelajaran tersebut dilakukan di perguruan tinggi Islam yang maju dan memiliki banyak kitab di perpustakaannya. Seperti di Baghdad berdiri salah satu perguruan tertua yang bernama Nizhamiyah, disini saat Abbasiyah menjadi kejayaannya menjadikan Universitas ini sebagai pusat ilmu pengetahuan Agama terkhusus Sunni bahkan ilmu kedkyeran, botani, bahkan filsafat juga dipelajari.

Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertamakali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Secara garis besar latar belakang pendirian madrasah ini dikarenakan adanya upaya mengambil kembali dominasi ajaran Syiah yang sebelumnya dibawa oleh pengaruh Dinasti Buwaihi. Maka dari itu Pemerintah bersama Ulama memfokuskan kembali pada pengajaran yang berfokus pada paham Sunni.

 Yang mana secara teologi mengikuti aliran yang dirumuskan oleh Asy‘ariyah dan Maturidiyah sedangkan pada pembahasan Fiqh melalui Aliran Hanafiyah, Malikiyah, Syafiíyyah, dan Hanabilah. Salah satu tokoh tereknal yang pernah belajar dan kemudian menjadi pengajar utama di Madrasah ini ialah Al-Ghazali.

Kemudian ada al-azhar yang masih eksis hingga saat ini, juga memiliki pelajaran yang kuat dan menjadi persentuhan antara keilmuan Islam dan barat yang mana posisinya yang strategis di Mesir. Perguruan Tinggi Al-Azhar merupakan salah satu perguruan yang didirikan di zaman dinasti Fathimiyah tepatnya pada tahun 970 M di Kairo Mesir. Pada awal pendiriannya al-Azhar ini dipengaruhi oleh Syiah hingga kemudian dizaman Shalahuddin Al-Ayyubi dialihkan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam bermazhab Sunni.

Pada awalnya Al-Azhar hanya focus pada pendidikan agama baik itu Aqidah, Syariah (Fiqh), dan bahasa Arab. Namun seiring perkembangan zaman Kampus Al-Azhar juga mendaopsi focus pendidikan seperti kedokteran, sains, hingga teknik. Hingga saat ini Al-azhar telah mengembangkan pengaruhnya di seluruh dunia terkhusus wilayah dengan mayoritas Islam seperti Indonesia.

Bahkan setiap tahunnya ada ribuan mahasiswa yang pergi menuntut ilmu di kampus ini. Adapun persentuhan barat dengan perguruan Tinggi Islam Al Azhar ini melalui aspirasi beberapa tokoh. Salah satu tokoh tamatan dari Al-Azhar yang memiliki pengaruh kuat terhadap Islam dan dunia barat bernama At-Tahtawi.

Ialah dijuluki Imam mahasiswa di zaman itu, sehingga ia dikirim oleh Muhammad Ali Pasha ke Prancis untuk mempelajari ilmu Alam. Ia berhasil menerjemahkan 12 buku dari bahasa Prancis setelah lima tahun lamanya di sana.

Pengaruhnya sangat besar dalam aspirasi akan hak untuk perempuan mendapatkan pendidikan yang setara dengan Laki-laki. Adapun Muhammad Abduh memperjuangkan agar masuknya ilmu pengetahuan umum di Al-Azhar karna menurutnya ilmu ini berasal dari Sunnatullah dan tidak bertentangan dengan hukum Allah, selain itu iya berupaya mengembalikan kedaultan rasional ketimbang taklid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun