Di pikiranku hanya Riyan. Kereta yang terguling itu adalah kereta yang biasa dinaiki oleh Riyan. Tak tahu aku keadaannya sekarang. Yang ku harap ia tak ada di kereta itu. Menumpang di kereta lainnya.
***
Esok hari aku kembali menunggunya di peron stasiun. Tak ada dia lagi ya Tuhan. Aku duduk di kursi tunggu. Meratapi setiap kereta yang lewat. Ku harap ada seseorang berwajah menyenangkan yang turun dari gerbong itu. Nihil, tak ada dia.
Seminggu ku habiskan menunggu ia di stasiun ini. Dia tak pernah datang. Hanya bayangannya saja yang terlintas di benakku. Aku rindu berbagi keluh kesah dengannya.
Hingga di siang yang mendung itu. Seseorang mengenakan seragam sama seperti Riyan,datang menghampiriku dengan membawa sebuah foto kecil ditangannya. "Hei,apakah kau Dinar?"tanyanya, "ya aku Dinar kau siapa?"jawabku, "aku Febri temannya Riyan,aku datang membawa kabar buruk yang harus kau dengar,maaf aku baru menyampaikannya sekarang"jelasnya, "dimana Riyan?"tanyaku, "Din kau harus mengerti,kau harus tau,bahwa kini Riyan tak lagi bisa menemani hari harimu, Riyan telah pergi meninggalkan kita, Riyan menjadi korban kecelakaan kereta kemarin Din, kau tahu kan bahwa tak ada satu pun jiwa yang terselamatkan, Riyan hanya berpesan kepadaku untuk mengabari semua orang orang terpenting dalam hidupnya,maaf aku harus pergi sekarang,ku harap kau mengerti Din"jelasnya.
Aku hanya terpekur dalam kesedihan ini. Riyan telah pergi meninggalkanku sendiri. Tak ada warna di dalam hidupku. Hanya ada duka dan luka. Namun, takdir tetaplah takdir. Tak ada yang bisa mengubahnya.
Aku benci pertemuan itu. Aku benci semuanya. Kehilangan seseorang itu sangat menyakitkan bagiku.
Riyan tak pernah kembali ke hari hari ku lagi.
Ku coba tegar menghadapi semua ini. Aku percaya suatu hari nanti akan kutemukan seseorang seperti dia lagi. Paling tidak aku berharap di akhirat nanti aku bisa bertemu dengannya hanya sekedar  untuk mengucapkan terima kasih kepadanya karena dia pernah memberi warna di hidupku.