Persekutuan Hamba Tuhan GEPEMBRI klasis Kalimantan Barat kemarin, penulis mendapatkan pelajaran mendalam tentang pentingnya kesatuan hati, pengurbanan, dan ketidakfokusan pada diri sendiri dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita.
Pengingat ini membawa kita pada contoh atau teladan tertinggi, yaitu Yesus Kristus. Dalam Filipi 2:1-11, kita menemukan perintah agar setiap orang percaya memiliki sikap yang sama dengan Kristus.
Ayat-ayat ini menggarisbawahi kerendahan hati dan pengurbanan, dua kualitas yang menjadi pusat dari apa yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan dalam melayani.
Kristus, meskipun memiliki hak sebagai Anak Allah, memilih untuk merendahkan diri-Nya. Dia tidak memaksakan hak-Nya, bahkan ketika Dia memiliki kuasa penuh untuk melakukannya.
Justru, dalam kerendahan hati-Nya, Yesus menyerahkan segalanya demi tujuan yang lebih besar, yaitu keselamatan manusia.
Sikap inilah yang seharusnya menjadi panutan bagi semua hamba Tuhan dan umat-Nya. Dalam melayani, kita seringkali tergoda untuk fokus pada pencapaian pribadi atau kesuksesan yang bersifat sementara.
Namun, seperti yang disampaikan dalam persekutuan hamba Tuhan GEPEMBRI klasis KALBAR oleh Pdt. Kristison, jika kesuksesan hanya berfokus pada diri sendiri tanpa peduli kepada orang lain, maka kesuksesan itu kehilangan maknanya.
Kristus tidak pernah mengejar kebesaran-Nya untuk diri-Nya sendiri, melainkan demi membawa keselamatan bagi semua orang.
Filipi 2:3-4 mengajarkan agar kita tidak melakukan apa pun karena ambisi egois atau kesombongan, tetapi dalam kerendahan hati menganggap orang lain lebih utama dari diri kita sendiri.
Pengkotbah, Pdt. Kristison, dengan tegas mengingatkan para peserta persekutuan agar tidak mencari kebutuhan diri sendiri, melainkan berani berkurban dan membagikan berkat kepada orang lain.
Dan itu bukan berbicara masalah materi saja, namun waktu, pemikiran, penghormatan dan lain sebagainya. Ini adalah panggilan untuk melayani dengan kasih dan kesatuan hati, tanpa mementingkan diri sendiri.
Yesus menjadi contoh sempurna dari prinsip ini dalam Filipi 2:5-8. Meskipun Dia adalah Anak Allah, Dia tidak mempertahankan status-Nya, melainkan merendahkan diri-Nya, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam dunia yang penuh dengan tuntutan untuk mengejar kekuasaan dan hak pribadi, Yesus menunjukkan jalan yang berbeda.
Dia memilih untuk menyerahkan hak-Nya, dan melalui pengurbanan-Nya, Dia membawa kehidupan dan keselamatan bagi semua manusia.
Pengurbanan ini bukanlah akhir dari cerita-Nya. Sebaliknya, dalam Filipi 2:9-11, kita melihat bagaimana Allah Bapa meninggikan Yesus setelah pengurbanan-Nya. Dengan menyerahkan hak-Nya, Kristus justru mendapatkan kehormatan yang lebih besar.
Hal ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Ketika kita rela berkurban dan melayani dengan hati yang tulus, Tuhan akan melihat dan menghargai usaha kita.
Kehilangan hak dalam pekerjaan Tuhan bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, karena Tuhan akan menggantikan dengan sesuatu yang jauh lebih berharga di mata-Nya.
Pengurbanan kita di dalam Kristus tidak akan sia-sia. Kesuksesan sejati bukan diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita berikan untuk kemuliaan-Nya dan untuk orang lain.
Pada akhirnya, panggilan Filipi 2:1-11 adalah untuk hidup dalam kasih, kerendahan hati, dan pengurbanan seperti Kristus.
Kita dipanggil untuk bersatu dalam hati dan tujuan, rela menyerahkan hak kita demi melayani Tuhan dan sesama.
Inilah bentuk kesuksesan sejati yang tidak berfokus pada diri sendiri, tetapi pada kehendak Allah dan kasih kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H