Dan itu bukan berbicara masalah materi saja, namun waktu, pemikiran, penghormatan dan lain sebagainya. Ini adalah panggilan untuk melayani dengan kasih dan kesatuan hati, tanpa mementingkan diri sendiri.
Yesus menjadi contoh sempurna dari prinsip ini dalam Filipi 2:5-8. Meskipun Dia adalah Anak Allah, Dia tidak mempertahankan status-Nya, melainkan merendahkan diri-Nya, bahkan sampai mati di kayu salib.
Dalam dunia yang penuh dengan tuntutan untuk mengejar kekuasaan dan hak pribadi, Yesus menunjukkan jalan yang berbeda.
Dia memilih untuk menyerahkan hak-Nya, dan melalui pengurbanan-Nya, Dia membawa kehidupan dan keselamatan bagi semua manusia.
Pengurbanan ini bukanlah akhir dari cerita-Nya. Sebaliknya, dalam Filipi 2:9-11, kita melihat bagaimana Allah Bapa meninggikan Yesus setelah pengurbanan-Nya. Dengan menyerahkan hak-Nya, Kristus justru mendapatkan kehormatan yang lebih besar.
Hal ini memberikan pelajaran penting bagi kita. Ketika kita rela berkurban dan melayani dengan hati yang tulus, Tuhan akan melihat dan menghargai usaha kita.
Kehilangan hak dalam pekerjaan Tuhan bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, karena Tuhan akan menggantikan dengan sesuatu yang jauh lebih berharga di mata-Nya.
Pengurbanan kita di dalam Kristus tidak akan sia-sia. Kesuksesan sejati bukan diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita berikan untuk kemuliaan-Nya dan untuk orang lain.
Pada akhirnya, panggilan Filipi 2:1-11 adalah untuk hidup dalam kasih, kerendahan hati, dan pengurbanan seperti Kristus.
Kita dipanggil untuk bersatu dalam hati dan tujuan, rela menyerahkan hak kita demi melayani Tuhan dan sesama.
Inilah bentuk kesuksesan sejati yang tidak berfokus pada diri sendiri, tetapi pada kehendak Allah dan kasih kepada sesama.