Jika hujan deras turun di perhuluan, air akan meluap dan menenggelamkan beberapa akses jalan menuju kampung ini, membuatnya sulit dijangkau.
Bukan hanya banjir yang menjadi masalah di Kampung Roca. Ketiadaan jaringan listrik dan susahnya akses komunikasi semakin memperparah kondisi.
Di era digital ini, di mana hampir semua orang bergantung pada teknologi dan listrik, Kampung Roca seolah-olah terisolasi dari perkembangan zaman.
Warga harus hidup dalam keterbatasan dan ketiadaan fasilitas dasar, yang seharusnya sudah menjadi hak setiap warga negara.
Beberapa hari yang lalu, penulis mendapat sebuah informasi saat kepala wilayah Kampung Roca berkunjung di rumah penulis, beliau mengisahkan tentang seorang warga pulang dari rumah sakit.
Karena tidak ada akses jalan yang bisa dilalui kendaraan, baik roda dua apalagi roda empat, warga tersebut harus digotong oleh warga Kampung Roca sejauh kurang lebih tiga kilometer.
Mereka berjalan kaki melewati medan yang sulit, jalan licin dan banjir, hanya untuk membawa pulang seseorang yang baru pulang dari Rumah sakit.
Kisah ini menunjukkan betapa sulitnya kehidupan di Kampung Roca. Warga harus berjuang dengan keras untuk mendapatkan apa yang seharusnya mudah diakses oleh orang-orang di tempat lain.
Pengalaman ini memberikan penulis perspektif baru tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi oleh warga kampung tersebut.
Dalam setiap langkah penulis saat mendorong kendaraan di jalanan yang tergenang, penulis merasa bahwa ini adalah cerminan kecil dari tantangan yang warga Kampung Roca hadapi saat musim penghujan.
Kampung Roca adalah simbol ketabahan dan semangat pantang menyerah di tengah segala keterbatasan yang ada.