Mohon tunggu...
Asyer Arwadi Bulan
Asyer Arwadi Bulan Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Tuhan

Terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Perjuangan Warga di Kampung Roca: Kisah di Tengah Genangan Air dan Keterbatasan

1 September 2024   21:40 Diperbarui: 2 September 2024   09:45 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu akses jalan menuju Sekadau melewati Kampung Penepah (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Asyer)

Perjalanan hari ini penuh dengan tantangan yang tak terduga. Setelah menyelesaikan pelayanan di Kampung Roca, penulis memulai perjalanan pulang dengan harapan bisa tiba di rumah tanpa hambatan berarti.

Kampung Roca, meskipun tidak terlalu jauh dari pusat ibu kota kabupaten, tetap menyimpan berbagai kejutan di balik jaraknya yang dekat.

Tadi siang, 1 September 2024, perjalanan penulis terpaksa harus dihentikan dan berbalik arah karena banjir yang menggenangi jalan alternatif, melewati jalan penepah. Padahal, perjalanan sudah memakan waktu sekitar 20 menit dari Kampung Roca.

Dengan tekad untuk tidak menyerah, penulis mencoba mencari jalan alternatif lainnya. Sayangnya, jalan alternatif yang dimaksudkan juga mengalami hal yang serupa.

Salah satu akses jalan menuju Sekadau melewati Kampung Nanga Kerabat (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Asyer)
Salah satu akses jalan menuju Sekadau melewati Kampung Nanga Kerabat (Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Asyer)

Air menggenangi sebagian besar jalannya, membuat kendaraan sulit untuk melintas. Namun, penulis tidak punya banyak pilihan selain melanjutkan perjalanan melalui jalan tersebut, meskipun harus mendorong kendaraan agar bisa melewati genangan air.

Setiap langkah seakan menjadi perjuangan tersendiri, dan penulis merasa bahwa inilah sedikit dari apa yang sering dihadapi oleh warga Kampung Roca dalam kehidupan mereka.

Sebelum penulis mulai mendorong kendaraan, seorang warga Kampung Roca melintas dengan motornya. Kendaraannya tiba-tiba mati di tengah genangan air karena businya terkena air, ujarnya. Ia harus berulang kali menghidupkan motornya menggunakan pedal engkol.

Kampung Roca bukanlah tempat yang asing bagi penulis. Penulis pernah menulis tentang kampung ini dalam sebuah tulisan berjudul "Rocaku Sayang: Kampung Dekat dengan Pusat Kota Kabupaten Sekadau."

Tulisan itu menggambarkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh penduduk setempat, terutama ketika musim hujan tiba.

Jika hujan deras turun di perhuluan, air akan meluap dan menenggelamkan beberapa akses jalan menuju kampung ini, membuatnya sulit dijangkau.

Bukan hanya banjir yang menjadi masalah di Kampung Roca. Ketiadaan jaringan listrik dan susahnya akses komunikasi semakin memperparah kondisi.

Di era digital ini, di mana hampir semua orang bergantung pada teknologi dan listrik, Kampung Roca seolah-olah terisolasi dari perkembangan zaman.

Warga harus hidup dalam keterbatasan dan ketiadaan fasilitas dasar, yang seharusnya sudah menjadi hak setiap warga negara.

Beberapa hari yang lalu, penulis mendapat sebuah informasi saat kepala wilayah Kampung Roca berkunjung di rumah penulis, beliau mengisahkan tentang seorang warga pulang dari rumah sakit.

Karena tidak ada akses jalan yang bisa dilalui kendaraan, baik roda dua apalagi roda empat, warga tersebut harus digotong oleh warga Kampung Roca sejauh kurang lebih tiga kilometer.

Mereka berjalan kaki melewati medan yang sulit, jalan licin dan banjir, hanya untuk membawa pulang seseorang yang baru pulang dari Rumah sakit.

Kisah ini menunjukkan betapa sulitnya kehidupan di Kampung Roca. Warga harus berjuang dengan keras untuk mendapatkan apa yang seharusnya mudah diakses oleh orang-orang di tempat lain.

Pengalaman ini memberikan penulis perspektif baru tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi oleh warga kampung tersebut.

Dalam setiap langkah penulis saat mendorong kendaraan di jalanan yang tergenang, penulis merasa bahwa ini adalah cerminan kecil dari tantangan yang warga Kampung Roca hadapi saat musim penghujan.

Kampung Roca adalah simbol ketabahan dan semangat pantang menyerah di tengah segala keterbatasan yang ada.

Asyer Arwadi Bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun