Mohon tunggu...
Asyer Arwadi Bulan
Asyer Arwadi Bulan Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Tuhan

Terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesiapan Menikah, Menata Masa Depan dengan Bijaksana

26 Juni 2024   22:50 Diperbarui: 26 Juni 2024   22:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi pernikahan (sumber gambar/pexels photo by Sandro)

Sudah dua minggu berjalan, penulis melakukan konseling pranikah, konseling ini sangat penting bagi pasangan yang akan menikah.

Pada saat melaksanakan konseling, banyak yang menjadi pokok bahasan bagi calon yang akan melangsungkan pernikahan yang harus dipelajarinya.

Jika berbicara menikah, menikah merupakan langkah besar dalam kehidupan yang memerlukan kesiapan emosional, mental, dan finansial.

Perjalanan menuju pernikahan bukan sekadar mempersiapkan pesta, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menjalani hidup bersama dengan segala tantangannya.

Penulis akan memberikan bahan pertimbangan bagi pasangan yang akan menikah, berikut aspek yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan kesiapan menikah:

Pertama, Kesiapan Emosional

Kesiapan emosional adalah fondasi utama dalam pernikahan. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengelola emosi, mengatasi konflik, dan berkomunikasi dengan pasangan secara efektif.

Menikah bukan sekadar menyatukan dua individu dalam sebuah ikatan resmi, tetapi juga memadukan dua kehidupan dengan segala kompleksitasnya.

Dengan kesiapan emosional agar mampu menghadapi dan mengelola berbagai emosi yang muncul dalam hubungan pernikahan.

Kesiapan ini melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, menghadapi konflik, dan menjaga keseimbangan emosional.

Di mana kita harus mampu mengelola stres yang muncul menjelang pernikahan dan selama kehidupan pernikahan nantinya.

Setidaknya kita haris memiliki kedewasaan dalam emosional, berarti menunjukkan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak, termasuk dalam mengambil keputusan yang melibatkan pasangan. Kita harus menghindari reaksi impulsif dan mencari solusi yang konstruktif dalam menghadapi masalah.

Hingga saat ini penulis rasakan, saat menikah, kita harus mampu memahami perasaan dan perspektif pasangan kita, serta memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan.

Menjembatani emosional, kita bisa membangun komunikasi yang penuh empati dan pengertian maka akan menciptakan ikatan emosional yang kuat di atara kedua pasangan tersebut.

Komunikasi yang buruk akan merusak suatu pernikahan untuk itu belajarlah berkomunikasi secara efektif dan terbuka dengan pasangan, termasuk dalam mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan harapan.

Dan belajarlah untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghargai pendapat pasangan kita tersebut.

Setelah menikah, tidak mungkin dalam rumah tangga tidak terjadi suatu konflik, untuk itu kita harus mampu untuk mengelola konflik, ketika kita mampu menghadapi dan mengelola konflik dengan cara yang sehat, kecil kemungkinan adanya keretakan dalam hubungan.

Dalam konflik rumah tangga, kembangkanlah kemampuan untuk berkompromi dan mencari solusi win-win dalam setiap permasalahan.

Kedua, Kesiapan Mental

Menikah membutuhkan kesiapan mental yang melibatkan kemampuan berpikir jernih dan logis dalam menghadapi berbagai situasi.

Oleh karena itu, kesiapan mental sangat penting untuk memastikan bahwa individu mampu menghadapi tantangan dan dinamika yang datang bersama pernikahan.

Tanda kesiapan mental adalah kemampuan untuk berpikir rasional dalam menghadapi berbagai situasi. Bagaimana menilai berbagai situasi dan membuat keputusan yang terbaik untuk kepentingan bersama, bukan hanya berdasarkan emosi sesaat.

Memiliki harapan yang realistis tentang pernikahan dan kehidupan bersama, serta mengkomunikasikan harapan tersebut dengan pasangan.

Ketika menikah kita akan membicarakan tentang kebersamaan dan sering kali memerlukan kompromi. Kita harus mengesampingkan ego dan mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Saling keterbukaan, di mana bersedia untuk beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi dalam kehidupan pernikahan, termasuk perubahan peran dan tanggung jawab.

Biasanya, menjelang pernikahan, banyak pasangan menghadapi tekanan dan stres. Mari kelola stres tersebut seperti meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman dekat atau konselor.

Selain itu kita menjaga keseimbangan antara persiapan pernikahan dan aktivitas sehari-hari, serta menjaga kesehatan mental dan fisik.

Orang yang menikah harus siap mental untuk menerima dan menjalankan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga, keuangan, dan mungkin juga dalam mendidik anak.

Ketiga, Kesiapan Finansial

Kesiapan finansial adalah aspek penting yang perlu dipertimbangkan sebelum memasuki kehidupan pernikahan.

Stabilitas finansial membantu pasangan menghindari stres dan konflik yang berkaitan dengan uang, serta memungkinkan mereka untuk merencanakan masa depan bersama dengan lebih baik.

Salah satu langkah pertama dalam mempersiapkan keuangan sebelum menikah adalah memastikan adanya transparansi antara kedua pasangan, berupa pengahasilan, utang dan kewajiban, serta aset dan investasi dari masing-masing pribadi.

Dan saat sudah mengarungi rumah tangga, dalam mengelola keuangan dengan baik adalah kunci untuk mencapai stabilitas finansial dalam pernikahan. Bagaimana menyusun anggaran rumah tangga, investasi dan mengelola utang yang ada.

Saat menyusun anggaran rumah tangga, tentukanlah pos-pos pengeluaran sehari-hari, tagihan, dan biaya lainnya akan dibagi antara pasangan.

Apakah akan dibagi secara proporsional berdasarkan penghasilan, atau menggunakan metode lain yang disepakati bersama.

Dengan pembagian pos-pos keuangan dalam rumah tangga merupakan langkah penting untuk memastikan semua kebutuhan terpenuhi dan menghindari konflik.

Stabilitas finansial adalah elemen penting dalam pernikahan yang sering kali diabaikan, untuk itu persiapkanlah hal itu sedini mungkin.

Keempat, Kesiapan Sosial

Pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua individu, tetapi juga tentang menyatukan dua keluarga dan lingkungan sosial yang berbeda.

Kesiapan sosial menjelang pernikahan adalah aspek penting yang perlu diperhatikan agar pasangan dapat beradaptasi dengan baik dan membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga besar serta lingkungan sosial mereka.

Dukungan dari keluarga besar sangat penting dalam pernikahan. Bagaimana membangun hubungan baik dengan keluarga pasangan, maka bagi pasangan yang akan menikah harus berusaha untuk mengenal dan memahami keluarga pasangannya masing-maing, serta membangun hubungan yang baik dengan mereka.

Saling menghargai tradisi dan kebiasaan dalam keluarga masing-masing, serta mengikuti tradisi serta kebiasaan keluarga pasangan, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai pribadi. Dan mengatasi perbedaan pandangan atau kebiasaan dengan cara yang positif dan konstruktif.

Menikah bukan hanya sekedar diri kita pribadi dan pasangan, tapi peran dalam masyarakat yang lebih luas. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan komunitas atau sosial yang melibatkan pasangan, baik itu dalam lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, atau organisasi lainnya.

Kita juga harus mengembangkan jaringan sosial yang sehat dan mendukung, yang dapat menjadi sumber dukungan dan inspirasi dalam pernikahan.

Dengan kesiapan sosial menjelang pernikahan adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung dengan keluarga besar dan lingkungan sosial.

Dengan kesiapan sosial yang baik, pasangan dapat menghadapi berbagai dinamika sosial dengan lebih percaya diri dan menciptakan ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita.

Menikah bukan hanya tentang dua individu, tetapi juga tentang membangun sebuah keluarga besar yang harmonis dan bahagia.

Kelima, Visi dan Misi Bersama

Menikah bukan hanya tentang menyatukan dua individu, tetapi juga tentang menyelaraskan tujuan hidup dan nilai-nilai yang akan menjadi dasar pernikahan.

Visi misi pernikahan adalah langkah-langkah yang dipersiapkan untuk mencapai cita-cita dalam berkeluarga bersama pasangan.

Adapun menyusun visi misi dalam pernikahan dapat memberikan gambaran cara untuk membangun keluarga sesuai cita-cita.

Dengan memiliki visi dan misi bersama adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan berkelanjutan.

Buatlah visi dan misi bersama melalui diskusi terbuka dan jujur dengan pasangan, apa tujuan jangka panjang masing-masing, seperti karier, tempat tinggal, dan gaya hidup yang diinginkan, serta bagikan nilai-nilai pribadi yang penting bagi masing-masing, seperti nilai keluarga, agama, pendidikan, dan keuangan.

Pahami tujuan dan nilai masing-masing, selanjutnya buatlah prioritas bersama yang mencakup tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Cari titik temu antara tujuan dan nilai-nilai masing-masing, dan buat kesepakatan mengenai bagaimana mencapainya bersama.

Ketika kita memiliki visi dan misi bersama, hal tersebut membutuhkan rencana aksi konkret untuk mencapainya. Maka, tentukan pembagian tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan bersama.

Mulailah buat langkah-langkah spesifik dan realistis yang dapat diambil untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk tenggat waktu dan indikator pencapaian.

Kesiapan visi dan misi bersama adalah kunci untuk membangun hubungan pernikahan yang kokoh dan harmonis.

Dengan visi dan misi yang jelas, pasangan dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan dan menghadapi berbagai tantangan dengan lebih percaya diri.

Menikah adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama, dan memiliki visi dan misi bersama adalah panduan yang akan membantu mencapai kebahagiaan dan keberhasilan bersama.

Kesimpulan penulis

Menikah adalah komitmen seumur hidup yang memerlukan persiapan matang di berbagai aspek. Kesiapan menikah tidak hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kesiapan diri untuk menghadapi tantangan dan membangun kehidupan bersama yang harmonis dan bahagia.

Dengan kesiapan yang baik, pernikahan dapat menjadi perjalanan indah yang dipenuhi cinta, kebahagiaan, dan kesuksesan bersama.

Asyer Arwadi Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun