Mohon tunggu...
Asyari Amir
Asyari Amir Mohon Tunggu... Jurnalis - Asyari maran

Buruh Tani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsolidasi Politik Menuju Visi Kolektif (Masyarakat FLOTIM)

28 Agustus 2022   20:10 Diperbarui: 28 Agustus 2022   20:12 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelahan golongan dalam masyarakat politik memang tidak dapat terhindarkan, namun situasi demikan dapat kita minimalisir dengan usaha edukasi politik (Political Education). Edukasi politik yang dimaksudkan adalah bahwa tujuan politik sebenarnya adalah untuk memenuhi kesejahtraan kolektif bukan sebagai usaha profit segelintir yang berkepentingan.

Bicara soal sebab pembelahan golongan masyarakat, tentu dasar yang menjadi rumusannya adalah perbedaan atau pertentangan kepentingan dalam masyarakat.  Individu-individu yang bermasyarakat tentu cendrung mencari kenyamanan berkehidupan, sehingga pada realitas sosial prioritas penggolongan oleh mereka berdasarkan kepentingan atau visi yang sama.

Individu muslim tentu secara dasariah memilih golongan islam yang dianggap se-visi dengannya, pun demikian dengan golongan agama lain. Kepentingan antar suku menjadi kekuatan identitas selanjutnya meligitimasi golongan-golongan antar suku. Dan seterusnya dan seterusnya. Namun perspektif ini tidak mengeneralisir reluruh kenyataan dalam permukaan.

 Kecendungan masyarakat karena kepentingan tertentu untuk ber-suku, ber-agama, dan ber-golongan sebenarnya bukan merupakan kenyataan lahiriah. Namun kesemuanya dikarenakan faktor ekonomi yang membentuk sistem kelas antar masyarakat. Faktor ekonomi tersebut sampai hari ini menjadi konsensus krusial mayoritas orang sebagai faktor teramat penting dalam realitas pembelahan masyarakat.

Fakta membuktikan bahwa setiap individu dalam masyarakat, bila mana mapan secara ekonomi, maka ada kecendrungan  untuk bersikap apatis. Realitas itu dapat kita lihat pada masyarakat perkotaan yang jarang terusik oleh hegemoni untuk berkelompok. Mereka lebih cenderung aktif dalam urusan-urusan pribadi mereka. Berlawanan dengan masyarakat perkotaan, di daerah-daerah yang terbelakang termasuk obyek kajian kita Flores Timur. Praktek pengelompokan berdasarkan suku,agama dan golongan masih langgeng dan lengang mulus.

Relitas kemapanan ekonomi yang terklaster tersebut menjadi celah elite politik keji menjadikan lintasan produktif untuk tujuan pembelahan dalam sentimen-sentimen yang kongkrit. Elite politik yang keji akan hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai keterwakilan dari masing-masing kelompok masyarakat, seolah elite tersebut merupakan bagian dari kelompok tersebut secara gamblang. Karena dalam pengkavlingan basis massa politik, secara teoritis harus ada pengkiblatan pada kepentingan yang sama dalam suatu kelompok tertentu. Dengan begitu ada kekuatan yang solid dan sulit terintervensi.

Agenda seting yang selanjutnya dimainkan adalah mendoktrin masyarakat bahwa entitas eksternal merupakan entitas penghalang. Doktrin bahwa kelompok yang lain merupakan kelompok yang bertentangan dengan mereka melanggengkan lenggangan kepentingan elite utuk terus produktif. Kenyataan dibalik permukaan yang tidak dapat dijangkau masyarakat atau kelompok khususnya, elite berkepentingan mengendarai mereka untuk sebuah legitimasi kekuasaan. Ini yang dikatakan politik kotor.

Akhirnya, setiap kelompok secara tidak sadar mendeklarasikan kelompok mereka adalah kelompok yang benar. Padahal elite politik sadar bahwa dalam perspektif politik tidak ada benar dan salah. Yang ada kemenangan dan kekalahan.

Ironinya, visi kolektif atas segala keberlanjutan pembangunan, peningkatan Sember daya, kesejahteraan, dan sejenisnya, tidak dapat terakomodir dan perkembangan kita akan sagnan. Elite politik hanya memenuhi tuntutan kelompoknya yang eksklusif. Mengesampingkan arti hakikat berpolitik sebenarya.

Apa Yang Kita Lakukan?

Tidak panjang lebar lagi, yang perlu dilakukan adalah pemasifan konsolidasi politik. Baik antar elite maupun kelompok-kelompok dalam masyarakat yang berkepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun