Diantara ragam serat jangka jayabaya, salah satu versinya.bercerita tentang syekh syubaqir dan peranannya dalam membangun peradaban bangsa manusia di pulau jawa. hikayat syekh syubakir ini juga tersebut dalam lontar kuno. yang diperkirakan oleh kanjeng sunan drajat, atau setidaknya ditulis oleh murid-murid atau pengikut beliau. syekh syubaqir adalah ulama besar yang berasal dari persia. beliau adalah generasi awal wali songo, penyebar islam ditanah jawa.
beliau adalah yang dianggap paling berjasa menyebarkan islam di tanah jawa ini. diriwayatkan bahwa proses islamisasi di tanah jawa ini megalami hambatan, disebabkan kuatnya orang jawa memegang kepercayaan lama. syekh syubaqir datang ke tanah jawa bersama wali songo generasi awal setalah diperitahkan oleh sultan muhammad al fatih, di istambul turki.
kesembilan ulama ini memiliki spesifikasi keahlian masing-masing. ada yang ahli tata negara, ahli pengobatan, ahli tumbal, dan lain sebagainya. wali sembilan ini dibagi menjadi 3 kelompok. dan ditempatkan pada 3 tempat, yakni dibagian barat, tengah, dan timur tanah jawa. konon hambatan islam di tanah jawa pada masa sebelumnya disebabkan oleh bangsa jin yang menepati setiap sudut tanah jawa. bangsa jin ini di pimpin oleh sabdo palon, atau kiayi semar, yang bersemayam di puncak gunung tidar, magelang, jawa tengah.
syekh syubaqir yang ahli dalam ilmu batin, segera melakukan pembersihan dengan menancapkan tumbal yang berupa batu hitam di puncak gunung tidar. seluruh jawa bergejolak, seluruh bangsa jin yang berada di tanah jawa merasakan kepanasan yang teramat sangat. hingga mereka berlari tunggang langgeng menyebrang ke lautan. atau menepi di sudut terpencil tanah jawa. sebagian jin yang lain ada juga yang harus mati, akibat dari hawa panas dari tumbal yang dipasang syekh syubaqir. karna itulah sampai saat ini, gunung tidar dipercaya sebagai pakunya tanah jawa.
melihat hal tersebut, sabda palon yang telah 9000 tahun bersemayan di puncak gunung tidar, keluar dalam bentuk manusia, berdiri dihadapan syekh syubaqir. setelah terjadi perdebatan, mereka segera adu kesaktian, konon pertarungan antar keduanya selama 40 hari, dan 40 malam. hingga sabdo palon merasa kewalahan dan menawarkan, genjatan senjata. sabdo palon mensyaratkan beberapa poin dalam upaya penyebaran islam di tanah jawa, syarat-syarat itu pun disetujui oleh syekh syubaqir. berikut ini adalah dialog antara syekh syubaqir dengan sabdo palon yang terjadi diatas gunung tidar;
dialog yang terjadi antara syekh syubaqir dengan sabdo palon ini, penulis sajikan dalam versi imajiner. dan inilah yang terjadi;
syekh syubaqir berkata, kisana, siapakah kisana ini ? "tolong jelaskan!
Sabdo palon menjawab, aku ini sabdo palon, pamomong (pengembala) tanah jawa sejak jaman dahulu kala. bahkan sejak jaman kedewataan, akulah pamomong para ksatrya leluhur, dulu aku dikenal sebagai "sang hyang ismoyo jati". lalu dikenal sebagai gelura semar bodronoyo. dan sekarang jaman majapahit ini, aku dikenal sebagai sabdo palon.
syekh syubaqir berkata lagi, berarti kisana ini adalah danyang tanah jawa ini. perkenalkan kisana, namaku adalah syekh syubaqir yang bersalah dari tanah syam, persia.
sabdo palon bertanya, ada hajat apa gerangan diko rawuh ditanah jawa ini ?
syekh syubaqir menjawab, saya diutus sultan muhammad yang bertahta di negeri istambul untuk datang ke tanah jawa ini. saya tidaklah datang sendiri, kami datang bersama beberapa kawan yang sama diutus oleh baginda sultan.
sabdo palon berkata lagi, ceritakan lah selengkapnya kisana. supaya aku tau duduk permasalahannya.
syekh syubaqir kembali menjawab, baiklah, pada suatu malam baginda sultan bermimpi menerima wising dari hyang akar yoh jagad, gusti Allah dzat yang maha suci dan maha luhur. diperintahkan mengutus beberapa orang alim ketanah jawa ini, yang dimaksud orang alim ini dimaksud sebagai orang bangsa pendita, brahmana, dan resi yang berada di tanah hindu, yang dalam bahasa kami disebut ulama.
sabdo palon kembali bertanya lagi, jadi jengan diko termasuk salah satu ulama itu tadi ?
syekh syubaqir kembali menjelaskan, ya, saya salah satu utusan yang dikirim baginda sultan, adapun tujuan kami dikirim kesini adalah untuk menyebarkan wawara suci mamedar agama suci yaitu islam.
sabdo palon kembali bertanya, bukankah kisana tau, bahwa di tanah jawa ini, sudah ada agama yang berkembang yaitu hindu dan budha yang berasal dari tanah hindu. buat apa lagi kisana menambah agama yang baru lagi?.,
syekh syubaqir kembali menjawab, biarkan kaum lodasi memilih keyakinan nya sendiri, bukankah kisana sendiri sebagai danyangnya tanah jawa jauh lebih faham. bahwa sebelum agama hindu dan budha masuk ketanah jawa ini, disini pun sudah ada kapitayan. kapitayan atau ajaran agama asli tanah jawa, yang merupakan ajaran budhi.
sabdo palon kembali berkata, ya, rupanya kisana sudah menyelidiki kaum orang jawa dsini. memang disini sebelum ada ajaran hindu dan budha, sudah ada kapitayan asli. kapitayan adalah ajaran yang hidup dan berkembang pada anak cucu di nusantara ini.
syekh syubaqir kembali bertanya, jika berkenan tolong ceritakan bagaimana kapitayan yang asli yang ada di tanah jawa ini?.,
kemudian, sabdo palon menjelaskan, secara singkat kepercayaan jawa begini, manusia jawa sejak jaman leluhur jawa dahulu kala meyakini, ada sang mahakuasa yang bersifat tanukeno kinoyo ngopo, tidak bisa digambarkan keadannya seperti apa. dialah pencipta segala-gala-nya, bawono agung dan bawono alit, jagat besar dan jagat kecil, alam semesta dan alam manusia, wong jowo meyakini dia yang maha kuasa ini dekat. jika dekat dengan manusia, dia juga diyakini sangat welas asih, dia juga diyakini meliputi segala sesuatu yang ada. karena itu, masyarakat jawa sangat menghormati alam sekeliling nya.
karena bagi mereka semuanya memiliki sukma, sukma ini adalah sebagai wakil dari dia yang maha kuasa itu. jika masyarat jawa melakukan pemujaan pada sang pencipta, mereka lambangkan dengan tempat yang suwung, suwung itu kosong. kosong itu bukan berarti kosong namun sejatinya berisi sang maha ada. namun karena itu, tempat pemujaan orang jawa disebut sanggar pamujan. disalah satu bagiannya dibuatlah sentong kosong, dibuat tempat atau kamar kosong untuk arah pemujaan. karena diyakini bahwa dimanapun ada suwung disitu ada yang maha kuasa.
syekh syubaqir kembali berkata, itulah juga yang menjadi ajaran yang kami bawa. untuk memberi ageman untuk menegaskan itu semua, bahwa sejatinya dari balik semua yang mauwujud ini ada sang wujud tunggal yang menjadi pencipta, pengatur, dan pengayom alam semesta. wujud tunggal ini dalam bahasa arab disebut al ahad, dia maha dekat dengan manusia, bahkan lebih dekat dengan urat leher manusia nya sendiri. ajaran agama kami menekankan budi pekerti yang agung. yaitu menebarkan welas asih kepada alam gumebyar, kepada sesama titah atau mahluk.Â
lihatlah sang danyang, betapa sudah rusak tatanan masyarakat majapahit sekarang. bekas-bekas perang saudara masih membara, rakyat kelaparan, perampokan dan penindasan ada dimana-mana, ini harus diperbaharui budi pekertinya.
sabdo palon kembali menjawab, aku sedih sebenarnya memikirkan rakyatku, tataran sudah bubrah, para pejabat negara sudah lupa akan dharma nya, mereka saling sikut untuk memperebutkan jabatan dan kemewahan duniawi. para pandito pun sudah tak mampu berbuat banyak, orang kecil salang tunjang mencari pegangan, jaman benar-benar jaman edan.
syekh syubaqir kembali berkata, karena itulah mungkin sang jawata agung menyuruh sultan muhammad turki untuk mengutus kami kesini. jadi wahai sang danyang tanah jawa, izinkanlah kami kesini untuk menyebarkan mewaras suci ini di wewengkon kekuasaan mu ini.
sabdo palon pun menjawab, baiklah jika begitu, tapi dengan syarat-syarat yang harus kalian patuhi.
syekh syubaqir pun bertanya, apa syaratnya itu wahai sang danyang tanah jawa?,
sabdo palon menjelaskan, pertama, jangan ada paksaan agama, dharma, atau kepercayaan. kedua, jika akan membuat tempat bangunan pemujaan atau ibadah, buatlah luarnya yang nampak cakra atau gaya hindu jawa walau isi dalam nya islam. ketiga, jika mendirikan kerajaan islam maka, yang pertama harus dari anak campuran.Â
maksud dari campuran adalah, jika bapaknya hindu maka ibunya islam. jika bapaknya islam maka ibunya harus hindu. keempat, jangan merubah wong jowo menjadi orang arab atau parsi. biarkan mereka tetap menjadi wong jowo dengan kebudayaan jowo, meski agamanya islam. karena, setau saya agama adalah dharma, yaitu lelaku hidup atau budi pekerti.Â
hati-hati jika sampai orang jawa hilang jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiduhung maka, aku akan datang lagi. ingat itu, 500 tahun lagi jika syarat-syarat ini diabaikan, aku akan datang lagi membuat goro-goro.
syekh syubaqir pun menjawab, baiklah syarat pertama sampai keempat aku setujui. namun khusus syarat keempat, betapa aku dan kawan-kawan pun akan tetap menghormati dan melestarikan budaya-budaya jawa yang adiluhung ini. namun jika suatu saat kelak, jika karena ada perubahan zaman dan ada perubahan. maka dari itu, bukan dari kekuasaan ku lagi. biarlah gusti kang akar dzat yang menentukannya.
itulah yang terjadi dialog antara syekh syubaqir dan sabdo palon. hikmah dan pesan dari dialog tersebut, bahwa penyebaran agama islam tidak pernah dilakukan dengan paksaan di tanah jawa. serta tidak membuang adat dan kebudayaan yang ada. serta, dijalankan oleh masyarakat jawa asal tidak bertentangan dengan ajaran agama. mungkin karena dialog ini para ulama menyebarkan agama dengan kearifan lokal, sehingga agama islam dapat diterima oleh mayoritas masyarakat jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H