lihatlah sang danyang, betapa sudah rusak tatanan masyarakat majapahit sekarang. bekas-bekas perang saudara masih membara, rakyat kelaparan, perampokan dan penindasan ada dimana-mana, ini harus diperbaharui budi pekertinya.
sabdo palon kembali menjawab, aku sedih sebenarnya memikirkan rakyatku, tataran sudah bubrah, para pejabat negara sudah lupa akan dharma nya, mereka saling sikut untuk memperebutkan jabatan dan kemewahan duniawi. para pandito pun sudah tak mampu berbuat banyak, orang kecil salang tunjang mencari pegangan, jaman benar-benar jaman edan.
syekh syubaqir kembali berkata, karena itulah mungkin sang jawata agung menyuruh sultan muhammad turki untuk mengutus kami kesini. jadi wahai sang danyang tanah jawa, izinkanlah kami kesini untuk menyebarkan mewaras suci ini di wewengkon kekuasaan mu ini.
sabdo palon pun menjawab, baiklah jika begitu, tapi dengan syarat-syarat yang harus kalian patuhi.
syekh syubaqir pun bertanya, apa syaratnya itu wahai sang danyang tanah jawa?,
sabdo palon menjelaskan, pertama, jangan ada paksaan agama, dharma, atau kepercayaan. kedua, jika akan membuat tempat bangunan pemujaan atau ibadah, buatlah luarnya yang nampak cakra atau gaya hindu jawa walau isi dalam nya islam. ketiga, jika mendirikan kerajaan islam maka, yang pertama harus dari anak campuran.Â
maksud dari campuran adalah, jika bapaknya hindu maka ibunya islam. jika bapaknya islam maka ibunya harus hindu. keempat, jangan merubah wong jowo menjadi orang arab atau parsi. biarkan mereka tetap menjadi wong jowo dengan kebudayaan jowo, meski agamanya islam. karena, setau saya agama adalah dharma, yaitu lelaku hidup atau budi pekerti.Â
hati-hati jika sampai orang jawa hilang jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiduhung maka, aku akan datang lagi. ingat itu, 500 tahun lagi jika syarat-syarat ini diabaikan, aku akan datang lagi membuat goro-goro.
syekh syubaqir pun menjawab, baiklah syarat pertama sampai keempat aku setujui. namun khusus syarat keempat, betapa aku dan kawan-kawan pun akan tetap menghormati dan melestarikan budaya-budaya jawa yang adiluhung ini. namun jika suatu saat kelak, jika karena ada perubahan zaman dan ada perubahan. maka dari itu, bukan dari kekuasaan ku lagi. biarlah gusti kang akar dzat yang menentukannya.
itulah yang terjadi dialog antara syekh syubaqir dan sabdo palon. hikmah dan pesan dari dialog tersebut, bahwa penyebaran agama islam tidak pernah dilakukan dengan paksaan di tanah jawa. serta tidak membuang adat dan kebudayaan yang ada. serta, dijalankan oleh masyarakat jawa asal tidak bertentangan dengan ajaran agama. mungkin karena dialog ini para ulama menyebarkan agama dengan kearifan lokal, sehingga agama islam dapat diterima oleh mayoritas masyarakat jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H