Mohon tunggu...
Aswin Dafry
Aswin Dafry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Lahir di kota pahlawan pada tahun 87 , sempat menjadi guru TK dan SD mendirikan sekolah bakat di tahun 2010 , aktif di dalam dunia public speaker, Seorang Entrepreuner dan Culture enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan K-Wave, tapi Indo Tsunami

21 Juli 2021   17:43 Diperbarui: 21 Juli 2021   18:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era revolusi digital seperti saat ini dimana dunia ada di dalam genggaman dan arus informasi ada pada sebuah klik , bumi bukanlah tempat yang sama lagi untuk ditinggali seperti beberapa dekade sebelumnya.

Sekarang semua tinggal klik, pengetahuan ada di depan layar, yang perlu anda lakukan hanyalah scroll.

Dominasi sebuah negara terhadap negara lain saat inipun semakin berkembang caranya, jika dulu invasi terhadap sebuah kedaulatan kebanyakan menggunakan pendekatan militer dan ekonomi lambat laun invasi terhadap negara lain menemukan jalan-jalan baru.
salah satunya adalah melalui jalur budaya.

Dengan memanfaatkan teknologi digital korea selatan mulai menginvasi banyak negara dengan Hallyu mereka , hallyu atau K-wave adalah gelombang besar pengaruh kebudayaan korea yang dibungkus dengan Musik , Drama , Game, Makanan,Aplikasi dan lain sebagainya.

Melalui Kpop dan Kdrama sendiri korea selatan mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit , di tahun 2018 satu boy group saja yaitu BTS bisa membawa pulang $1,1 milyar untuk mendongkrak ekonomi korea, belum lagi jika diakumulasikan dengan puluhan bahkan ratusan group yang tersebar di luar sana, K drama , aplikasi streaming , game dan banyak yang lain.

Berapa keuntungan Korea selatan? sangat banyak


Dari sudut pandang kedaulatan berbudaya dan ekonomi Indonesia sebenarnya hal ini cukup menakutkan, gelombang korea membentuk perspektif anak-anak muda di Indonesia terhadap banyak hal.

Biasanya invasi budaya dimulai dari menyukai salah satu group , kemudian lagunya , kemudian variety shownya, di dalam variety show diperkenalkan makanan-makanan khas korea dan adab cara berbicara, anak-anak muda akhirnya belajar bahasa korea, setelah belajar bahasa korea, mereka akan belajar budayanya, saat anak-anak muda sudah berbahasa dan berbudaya korea ,disitu letak invasi budaya telah berhasil masuk.
Karena mereka akan membeli semua hal yang mereka suka mulai pernak pernik, album , kartu ,makanan , fashion.

dan anak-anak muda Indonesia tidak hanya menjadi target konsumen tetapi juga akan menjadi duta kebudayaan untuk meluaskan gelombang ini lebih luas lagi.

Apa yang dicapai oleh Korea selatan saat ini bukanlah secara tiba-tiba atau kebetulan , ada peran pemerintah yang sangat vital melalui KOCCA

Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan membawahi tiga lembaga yakni KOCCA (Korea Creative Content Agency), KOFICE (Korea Foundation for International Cultural Exchange), dan KTO (Korean Tourism Organization). Tiga lembaga ini bertanggung jawab menyebarkan Hallyu ke luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun