Di era revolusi digital seperti saat ini dimana dunia ada di dalam genggaman dan arus informasi ada pada sebuah klik , bumi bukanlah tempat yang sama lagi untuk ditinggali seperti beberapa dekade sebelumnya.
Sekarang semua tinggal klik, pengetahuan ada di depan layar, yang perlu anda lakukan hanyalah scroll.
Dominasi sebuah negara terhadap negara lain saat inipun semakin berkembang caranya, jika dulu invasi terhadap sebuah kedaulatan kebanyakan menggunakan pendekatan militer dan ekonomi lambat laun invasi terhadap negara lain menemukan jalan-jalan baru.
salah satunya adalah melalui jalur budaya.
Dengan memanfaatkan teknologi digital korea selatan mulai menginvasi banyak negara dengan Hallyu mereka , hallyu atau K-wave adalah gelombang besar pengaruh kebudayaan korea yang dibungkus dengan Musik , Drama , Game, Makanan,Aplikasi dan lain sebagainya.
Melalui Kpop dan Kdrama sendiri korea selatan mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit , di tahun 2018 satu boy group saja yaitu BTS bisa membawa pulang $1,1 milyar untuk mendongkrak ekonomi korea, belum lagi jika diakumulasikan dengan puluhan bahkan ratusan group yang tersebar di luar sana, K drama , aplikasi streaming , game dan banyak yang lain.
Berapa keuntungan Korea selatan? sangat banyak
Dari sudut pandang kedaulatan berbudaya dan ekonomi Indonesia sebenarnya hal ini cukup menakutkan, gelombang korea membentuk perspektif anak-anak muda di Indonesia terhadap banyak hal.
Biasanya invasi budaya dimulai dari menyukai salah satu group , kemudian lagunya , kemudian variety shownya, di dalam variety show diperkenalkan makanan-makanan khas korea dan adab cara berbicara, anak-anak muda akhirnya belajar bahasa korea, setelah belajar bahasa korea, mereka akan belajar budayanya, saat anak-anak muda sudah berbahasa dan berbudaya korea ,disitu letak invasi budaya telah berhasil masuk.
Karena mereka akan membeli semua hal yang mereka suka mulai pernak pernik, album , kartu ,makanan , fashion.
dan anak-anak muda Indonesia tidak hanya menjadi target konsumen tetapi juga akan menjadi duta kebudayaan untuk meluaskan gelombang ini lebih luas lagi.
Apa yang dicapai oleh Korea selatan saat ini bukanlah secara tiba-tiba atau kebetulan , ada peran pemerintah yang sangat vital melalui KOCCA
Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan membawahi tiga lembaga yakni KOCCA (Korea Creative Content Agency), KOFICE (Korea Foundation for International Cultural Exchange), dan KTO (Korean Tourism Organization). Tiga lembaga ini bertanggung jawab menyebarkan Hallyu ke luar negeri.
Korea selatan adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki divisi khusus dibawah pemerintahan yang mengurus secara serius aspek Industri kebudayaan
Sedangkan di Indonesia?
Kita memiliki 1.340 suku bangsa , dan didalam setiap suku bangsa tersebut ada tarian , folklore dan dongeng.
Di Jawa timur sendiri ada sebuah epos bernama Panji Semirang yang diakui dan tersebar di 4 negara, di Sulawesi ada epos La Galigo yang sangat epik, begitu epiknya skala cerita La Galigo sehingga jika dibandingkan dengan Mahabarat
kita memiliki budaya tutur seperti parikan yang hampir sama dengan budaya rap hiphop dari amerika serikat, perbedaannya adalah jika musik rap menggunakan hitungan bar jika parikan dengan wanda.
jika kita mau belajar dari keberhasilan korea selatan dalam mengelola sektor budaya untuk invasi ke negara-negara luar melalui varian budaya-budaya yang kita miliki, lewat komik, film , tarian , industri hiburan , merchandise dan 12 lapis diatas dan bawahnya meliputi promosi hingga distribusi, bayangkan berapa komoditas yang akan terjual akibat pengaruh kebudayaan Indonesia dan juga rasa nasionalisme yang mengakar terhadap setiap individu anak bangsa.
Jika pemerintah , seniman dan pebisnis mau bersinergi untuk menjadikan budaya kita sebagai senjata, maka K-wave akan tenggelam oleh Indo Tsunami.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H