Mohon tunggu...
Aswin Anzani
Aswin Anzani Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 Baros

Terus mencoba menjadi guru yang inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Reproduksi Okupasi Buruh Industrial, Buruh Menjadi Pekerjaan dari Generasi ke Generasi

4 November 2020   10:22 Diperbarui: 4 November 2020   11:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dominasi disini yaitu banyaknya pabrik-pabrik atau perusahaan milik pengusaha asing di desa Talaga. Pabrik-pabrik ini mendominasi lapangan pekerjaan yang ada di desa Talaga, terdapat 107 industri (kecil, menengah dan besar) di desa Talaga dan 75% penduduk desa Talaga bermata pencaharian sebagai buruh di industri tersebut. Sehingga masyarakat desa menganggap bahwa memang hanya ini lapangan pekerjaan yang tersedia di lingkungan ini, bahkan ada beberapa yang menganggap bahwa idealis sebuah pekerjaan yaitu bekerja di industri. Hidup mereka menjadi bergantung pada kehadiran industri, ditambah dengan program-program CSR yang digunakan oleh industri sebagai alat peredam pergerakan masyarakat sekitar.

Selain itu, diperlukan sebuah legitimasi (pembenaran) dari pihak yang berpengaruh dan juga lingkungan masyarakat, legitimasi bisa dalam bentuk norma yang memberi fungsi represif (sanksi) dan juga fungsi kontrol (preventif). Legitimasi disini yaitu pemerintah daerah yang memang sengaja menjadikan desa Talaga sebagai kawasan industri dikarenakan tanah yang tidak subur dalam pertanian dan tidak adanya hasil alam yang bisa dijadikan penyangga hidup. Selain itu aparat desa melegitimasi dan menganggap bahwa warga pribumi bekerja sebagai buruh itu merupakan hal yang biasa. Selain itu ada sebuah kesepakatan antara pihak industri dengan aparat desa berupa politik alokasi buruh dalam hal ketenagakerjaan.

Selain itu, lingkungan masyarakat pun memberi peran dalam legitimasi. Dalam pandangan masyarakat ini, nilai dan norma yang berlaku menyatakan bahwa membantu orang tua dan keluarga bagi anak-anak adalah wujud dari konsep berbakti yang diyakini benar dan harus dilakukan, dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan. Ketiga gugus struktur inilah yang ada di dalam masyarakat desa Talaga, sehingga mampu memunculkan reproduksi buruh di dalam keluarga buruh itu sendiri.

Ketiga gugus inilah yang mempengaruhi individu (anak buruh), mengikuti arus masyarakat untuk bekerja sebagai buruh seperti orangtua dan masyarakat sekitar. Selain itu hambatan struktural pendidikan mereka pun juga mempengaruhi. Dikarenakan pendidikan mereka yang rendah, maka mereka ditempatkan di bagian struktur pekerjaan pabrik yang rendah yaitu di bagian buruh. Jika mereka memiliki riwayat jenjang pendidikan yang tinggi, maka ada kemungkinan mereka mampu melakukan mobilitas vertikal dalam karirnya, seperti naik jabatan dan sebagainya.

Itulah struktur dan agen yang mempengaruhi individu dalam hal ini anak yang akhirnya ia bekerja sebagai buruh sama seperti kedua orang tuanya dan juga lingkungannya. Terjadi proses reproduksi buruh di dalam keluarga buruh itu sendiri, buruh menjadi sebuah pekerjaan dari generasi ke generasi. Anak-anak buruh saat kanak-kanak memiliki berbagai macam cita-cita, ada yang ingin menjadi guru, polisi, bidan, dan profesi lainnya, namun pada saat mereka memasuki usia dewasa, saat mereka mulai mempelajari dan menginternalisasi tindakan orang tua mereka yang sebagai buruh, serta melihat lingkungan disekitarnya, mereka mengurungkan cita-cita besar dahulu mereka dan mengikuti arus lingkungan. Anak buruh sulit melakukan mobilitas vertikal, selalu berhadapan dengan hambatan dalam pengembangan karir masa depannya bagai  “langit-langit kaca”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun