Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah, Membangun Peradaban Bangsa

8 Agustus 2024   19:50 Diperbarui: 8 Agustus 2024   19:51 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEUNTUNGAN

     Dalam satu Negara di mana kepribadian kita, baik individu maupun masyarakat sedang diancam perpecahan, agama dalam hal ini, dapat membantu untuk menyatukan kembali kepribadian kita, menemukan kembali suatu perilaku etik bagi individu, dan mebangun kembali suatau keserasian anatra individu dan masyarakat, Agama adalah suatu upaya untuk menemukan cara bagaimana menghadapi kenyataan tentang (mati) hidup yang berat ini.

Kita perlu bahkan sangat perlu mengarahkan kembali semangat kebangsaan ini, mungkin tidak sepenuhnya lepas dari ilmu dan teknologi, akan tetapi mengupayakan agar semangat ini memberikan prioritas  pertama kepada kitab suci agama, terutama pesan-pesan-Nya yang berkaitan dengan diri kita manusia sebagai pusat semesta (khalifatullah fil ardh), dengan tujuan memperbaiki diri kita dan hubungan kita satu sama lain menjadi lebih baik lagi.

Kita harus belajar membaca dan menafsirkan pesan-pesan agama tidak semata-mata sebagi sisa-sisa peninggalan masa lampau yang "bungkam", akan tetapi sebagai pesan-pesan yang dalam bahasanya sendiri "berbicara" kepada kita. Kita harus membuat isi simbol pesan-pesan itu hidup dan berbicara. Sebab agama bukan merupakan benda mati yang di ukir dengan ingatan masa lampau yang gemilang, akan tetapi merupakan realitas yang "hidup".

Menghidupkan kembali pesan-pesan agama tidak mesti memperlemah dan melumpuhkan daya-daya aktif kita, atau akan menghancurkan kehidupan kebudayaan kita. Sebaliknya, bila digunakan secara benar dan tepat, kesadaran beragama mampu memberI wawasan lebih luas terhadap masa kini, dan memperbesar tanggung jawab kita terhadap masa depan. Kita tidak dapat membangun masa depan tanpa menyadari kondidi-kondisi masa kini dan perbatasan-perbatasan masa lampau. Agama adalah suatu upaya untuk menyatukan seluruh bagian-bagian yang tercerai berai dan memadukan serta membentuknya ke dalam sosok yang baru, jasmani baru.

Jasmani kita bukanlah mesin, yang terdiri atas tulang, syaraf, dan cairan darah, melainkan jasmani sebagai dasar pemaknaan. Dan pemaknaan adalah pembukaan suatu alam : alam cahaya, alam seksual, alam cinta, atau alam agama. Alam cahaya dan warna bagi orang buta tidak ada maknanya, hanya pemilik mata-penglihatan yang bisa memasuki alam itu. Demikian pula halnya dengan alam agama, tidak ada maknanya bagi orang-orang yang tidak memiliki keyakinan atau kepercayaan, hanya pemilik keyakinan yang bisa memasuki alam itu. Supaya jasmani kita dapat menciptakan realitas-alam agama, maka jasmani kita harus menyesuaikan diri, memilih mukmin. Dalam salah satu tradisi profetik, digambarkan Aisyah, sedang terlibat percakapan serius dengan para sahabat  seputar eksistensi jasmani suaminya, Rasulullah saw. " Wahai Aisyah, Tanya sahabat, " Apakah jasmaninya Rasul. Aisyah pun menjawab dengan bobot simbolis, " Jasmaninya Rasul adalah al Qur'an".

Memanglah, menciptakan realitas-imani lewat jasmani bukan hal yang mudah, di perlukan kerja keras. Ia adalah suatu penderitaan yang mendalam. Ke-dalam-an ialah panggilan utama orang beriman, yang mencari bermacam-macam cara supaya panggilan itu dapat dipenuhi. Allegoris : " Iman dilahirkan seorang mukmin dalam suatu proses yang tidak kalah menderita dibandingkan dengan sakit seorang ibu yang melahirkan bayinya ". Ada konsepsi, masa kehamilan (gestasi) dan hal melahirkan (partus). Seorang mukmin harus selalu berusaha untuk menghilangkan jurang antara antara jasmani dan ruhani, hukum dan moral. Iman, atau kepercayaan bukan merupakan abstraksi, akan tetapi ia merupakan fenomena yang konkret. Iman harus dihayati dalam keseluruhan, seakan-akan di luar waktu, di luar kehidupan yang rill. Sehingga tidak mengherankan jika Tuhan mengawali logos-Nya dengan memanggil : " Hai orang-orang yang beriman ".

PENUTUP

     Sebagaimana terungkap dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, bahwa kemerdekaan Indonesia bisa dicapai " Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Dengan pengakuan ini, pemenuhan cita-cita kemerdekaan Indonesia, untuk mewujudkan suatu kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, mengandung kewajiban moral. Kewajiban etis yang harus dipikul dan dipertanggung jawabkan oleh segenap bangsa bukan saja di hadapan sesamanya, melainkan juga di hadapan sesuatu yang mengatasi semua, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan kepercayaan itu, kita, terutama para pemimpin seyogyanya harus menyesuaikan diri dengan sistem yang di wahyukan. Wahyu tidak menuliskan manusia dalam konsep metasifik, karena jiwa itu urusan Tuhan saja : " Jika mereka bertanya kepadamu tentang Ruh, Katakanlah : Ruh itu urusan Tuhan-Ku ". (Qur'an). Akan tetapi, wahyu menunjukkan kita perbuatan yang harus dilakukan terhadap Tuhan dan terhadap sesama kita manusia. Kewajiban pokok kita terhadap Tuhan ialah tunduk dan bertindak lurus. Kewajiban kita terhadap sesama kita adalah, keadilan dan kejujuran, sikap sungguh-sungguh amanah dan setia dalam perjanjian, sikap hormat dan cinta terhadap sesama kita, serta sikap hormat dan melindungi orang lemah. Menegakkan suatu masyarakat yang adil dan jujur adalah suatu ajaran pokok dalam ajaran agama, yang harus kita jalankan, terutama oleh para pemimpin kita.

Dengan semangat keagamaan atau keimanan itu, mari kita hidup-hidupkan Indonesia, dan jangan mencari hidup dengan menjual (asset) bangsa dan negara. Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku, hiduplah bangsaku, hiduplah semuanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun