Bonus demografi. Ketika bonus demografi dipaparkan dengan bangganya oleh elit politik, calon presiden dan wakil presiden 2024 diruang publik, kita pun sangat mengapresiasinya. Dan kita berharap, rakyat benar benar menjadi rujukan kepentingan didalam berbangsa dan bernegara saat  membuat kebijakan politik dan kekuasaan yang memgikat nantinya. Cak Nun, menyebutnya, Laba untuk rakyat. Siapa pun pemimpin dan pejabat atau lainnya, yang dapat merugikan dan menyengsarakan rakyatnya, maka mereka adalah musuh musuh negara, dan  harus dilawan.
Sebagaimna dipahami, bahwa negara akan disebut bermakna negara jika didalamnya ada batas wilayah dan rakyatnya. Dan Indonesia telah diakui dunia internasional sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Bukan lagi negara jajahan asing, imperialis. Namun dalam proses perjalanan kemerdekaannya, para pemimpin negara-Indonesia, mengalami kesulitan untuk dapat mengejawantahkan kedaulatannya, sehingga bangsa Indonesia, mengalami kesulitan untuk dapat menikmati kedaulatannya secara politik, ekonomi, hukum, dan seterusnya. Kedaulatan bangsa dan negara masih dalam genggaman, atau kontrol negara asing yang memiliki kekuatan lumayan sangat berpengaruh dalam memutuskan kebijakan politik dan kekuasaan didalamnya.Â
SAUDARANYA SENDIRIÂ
Benarkah Indonesia sedang baik baik saja ? Mungkin 'Iya', Â dan mungkin juga sebaliknya, Â 'Tidak'. Secara global, Indonesia lumayan sangat aman dari peperangan yang dialami diabad modern. Tidak seperti yang dialami oleh bangsa dan negara lain, seperti Rusia, Ukraina, Plestina, atau lainnya.Â
Dengan kata lain, secara infrastruktur dan struktur pemerintahan-negara Indonesia masih berdiri kokoh dan terjaga : Gedung gedung masih kokoh bangunannya, dan warga dan masyarakatnya, masih bisa menunggangi kendaraan besinya (motor dan mobil), dan beristirahat dikamar dengan kipas dan ac didalam ruangannya.Â
Namun (jika) kita masuk dan melihat dari dalam, maka yang tampak diluar dan kita saksikan adalah artifisial, dan tidak sejatinya. Tampak begitu rapuh dan penuh intrik dan kekerasan, atau lainnya. Sungguh mengerikan dan menyedihkan sekali menyaksikan dan merasakannya.Â
Kita (mungkin) pernah membaca atau mendengar orasi politik dan kekuasaan rezim orde lama, presiden Soekarno : "Bahwa kita lebih mudah menghadapi atau melawan dan memgusir penjajah dari bumi pertiwi. Namun (kalian) akan sulit menghadapi musuh yang datang dan menjelma dari dalam negaramu (saudaramu) sendiri".
Apa yang dikatakan bung Karno itu adalah bukan isapan jempol semata, melainkan nyata menjelma kepermukaan. Sesama anak bangsa telah, sedang, dan tidak akan melakukan trik dan intrik untuk menindas dan mengalahkan saudaranya sendiri. Fatsoen kehidupannya ialah materi. Jika sesorang, atau sekelompok orang didalam ruangan mampu memberikan keuntungan dan kesejahteraan materi, maka dirinya, siap dan setia mengikuti titdah dan perintahnya, meskipun harus merugikan keluarga, saudara, teman dan seterusnya.Â
Setidaknya itulah yang dapat digambarkan kondisi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara di republik ini, saat (saya) melipir dan meminum kopi disalah satu kedai diruang publik menjelang waktu sahur di bulan Ramadhan. Salah seorang didalamnya, tiba tiba saja menumpahkan keluh kesah kehidupannya. Apalagi selama di bulan Suci Ramadhan. Dirinya bercerita : Bagaimana sulitnya untuk mendapatkan uang untuk dapat menyelamatkan kehiidupan ekonomi keluarganya ? Dan betapa sulitnya untuk mencari dan perkerjaan yang lumayan sangat aman dan tenteram.Â
Dirinya, terpaksa harus membantu para pemilik modal untuk mengembangkan modal dan uasahanya dinegeri ini, Indonesia. Ia terpaksa rela menjadi kaki tangannya, menjadi penjaja judi togel, yang sewaktu waktu (apes) akan ditangkap aparat keamanan dan dimasukkan didalam penjara. Mungkin dirinya akan segera dapat keluar dari penjara itu, jika nasibnya beruntung. Namun sebaliknya, jika tidak beruntung, maka dirinya (mati) membusuk didalam sel tahanan.Â
Orang itu, hanya paham bahwa dirinya sedang melakukan pekerjaannya (berkerja), jual-beli. Dan hanya ditempat inilah yang memberikan pekerjaan dan menghasilkan uang, mulai dari sepuluh ribu hingga puluhan ribu rupiah untuk mempertahankan hidup dirinya dan juga keluarganya, daripada hidup menganggur dan tidak bisa menghasilkan apa apa (mendapatkan uang). Dan dirinya pun merasa senang, lantaran dapat membantu warga masyarakat untuk mewujudkan mimpi mimpinya jika pasangan angkannya jitu, kena sasaran. Dan jika ada warga masyarakat yang berhasil kena tebakannya, dirinya pun terkadang mendapatkan uang pemberian, yang lumayan buat tambahan.Â
Dirinya bercerita, bahwa diwilayah sebelahnya telah terjadi penggerebekan terhadap penjualan judi togel. Dan diketahui, penjual dan pembelinya digelandang aparat kedalam mobil dan dibawa ke markasnya. Namun (setelah) beberapa jam, orang orang yang diciduk oleh aparat kepolisian telah bebas, dan bisa minum kopi lagi diruang terbuka. Diketahui  kebebasannya itu, tidak serta-merta gratis, melainkan menggunakan sejumlah uang yang mencapai jutaan dan hingga puluhan juta rupiah (uang sogokan kepada oknum aparat kepolisian).Â
Orang itu, sempat camas dan tak kepengen lagi berjualan judi togel diwilayahnya, lantaran resikonya rerlalu besar. Apalagi pendapatan dari hasil penjualan judi togelnya, (terkadang) hanya mencapai sepuluh  ribu rupiah. Namun (jika) dirinya tidak lagi berkerja-mnlenjual judi togel, maka sebagai konsekwensinya, ia tidak mendapatkan uang dan tidak bisa membeli basi atau kopi. Apalagi didalam masyarakat yang bercorak individualis, yakni warganya hidup masing dan terpisah dari individu individu lainnya : loeh, loeh  dan gua, gua. Hidup anda kelaparan, maka nikmatilah, yang penting hidup saya sejahtera, terpenuhi sandang, pangan dan papannya.Â
Mengapa aparat keamanan, tidak mampu menagkap bandar bandar besarnya, bandar narkoba, dan terutama bandar judi? Mengapa? Dan mengapa pula aparat keamanan hanya bisa menyisir dan menangkap para penjual dan ecerannya ? Mengapa? Bukannkah air mengilir dari hulu? Tangkap dan tumpas bandar bandar narkoba dan judi, biar tidak mengalir kebawah-menjadi tali tali jaringan yang mengikat warga masyarakat yang tidak mampu, sangat miskin.Â
" Bung Karno, benar pesanmu itu... .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H