Setelah habis menyantap bubur kacangnya, laki laki itu pun segera membayar bubur kacang yang telah dimakannya, dan juga bubur kacang yang telah dimakan perempuan tersebut. Perempuan itu pun seketika terkejut dan mengucapkan banyak terumakasih (berulang kali). Terungkap kebahagiaan perempuan itu. Dan kembali menyeberang, dan mengembalikan sejumlah uang receh yang telah dikeluarkan dari saku perempuan lebih tua darinya. Dan diketahui, perempuan yang lebih tua darinya itu adalah ibunya. Ibu kandungnya.Â
Menyaksikan hal tersebut, saya pun hanya bisa tersenyum dan seraya memuji-Nya didalam hati. Semangkuk bubur kacang seharga tujuh ribu rupiah itu, ternyata telah mampu melahirkan kebahagiaan pada diri seorang perempuan  Kata orangtua, ketika seseorang mampu memberikan kebahagiaan pada diri seseorang (tidak mampu-miskin materi), maka orang yang miskin yang merasa bahagia itu, sesungguhnya sedang memunajatkan doanya kepada Tuhan semesta alam untuk orang yang telah membahagiakan dirinya.Â
Kita (mungkin) tidak sadar bahwa kuantitas itu mampu melahirkan kualitas dalam kehidupan kita manusia, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Â
Memanglah, membangun kesadaran dalam diri kita adalah tidak mudah. Membangun kesadaran atas potensi potensi yang kita miliki didalam diri, dan mengelolanya secara optimal, sehingga muncul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, diperlukan kemauan dan kerja keras nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H