Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Oligarki Makhluk Pemangsa Rakyat

16 Mei 2022   11:26 Diperbarui: 16 Mei 2022   11:49 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: Pixabay/ilustrasi)

Serupa bayi yang baru lahir. Ia tidak lahir dengan sendirinya ke alam dunia ini, melainkan ada peristiwa yang mendahuluinya, seperti suatu peristiwa pernikahan dan perkawinan, atau hubungan seksual yang mendahului didalamnya. Demikian pula halnya, dengan kelahiran oligarki. 

Oligarki tidaklah berdiri sendiri dalam proses kelahirannya, melainkan ada peristiwa dialektika yang mendahului kelahirannya. "Tidak mungkin ada asap jika tak ada api, " demikian nyanyian leluhur kita, dalam mengungkapkan peristiwa yang lahir atau terjadi dalam kehidupannya. 

Lahirnya oligarki, lantaran gugurnya kekuasaan monarki dan aristokrasi dalam kehidupan zaman. Kedua sistem tersebut, dianggap telah melahirkan korupsi dan ketidakadilan yang begitu menganga dan mendalam bagi kehidupan masyarakat dan rakyatnya. 

Oligarki itu sendiri berasal dari kata Yunani, yakni oligoi (beberapa, segelintir) dan arche (memerintah). Dengan kata lain, oligarki ialah kekuasaan yang dikendalikan oleh beberapa atau sedikit orang (elit politik), namun memiliki pengaruh yang  dominan dalan pemerintahan untuk mewujudkan kepentingan mereka, dan bukan kepentingan rakyat. 

Mereka telah mengambil peran negara untuk kepentingan dirinya. Mengendalikan kekuasaan dan memperkaya diri dan kelompoknya yang minoritas (oligos) di suatu negara, tak terkecuali di Indonesia. 

REFORMASI YANG TIDAK REFORMATIF

Dialektika politik dan kekuasaan ditanah air dengan lahirnya reformasi sebagai antitesa dari politik dan kekuasaan rezim orde baru, dengan harapan mampu melahirkan pencerahan demokrasi, ternyata hanya kehampaan. 

Pasca reformasi Indonesia sebagai negara besar  perlahan lahan mulai tenggelam kebesarannya, dan mengalami disintegerasi kebangsaan. Bahkan Indonesia  kembali masuk dalam daftar negara miskin didunia. 

Reformasi yang tidak reformatif. Begitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mencitrakan Indonesia dalam pengelolaannya. Kita boleh saja mempertanyakan tesisnya Gus Dur. Dan bahkan berbeda pendapat (disagree). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun