Membuka kembali kehidupan primitif pada diri kita manusia, maka akan memberikan ruang untuk membuka aurat jiwa kita manusia, yang sempat kita tutup dan kendalikan selama berpuasa Ramadhan sebulan penuh. Yakni 'rasa malu'. Rasa malu mencerminkan iman seseorang dalam kehidupan di alam semesta ini.Â
Dan jika rasa malu tidak lagi mampu menghiasi kehidupan kita ummat Islam yang beriman, maka ummat Islam akan terjebak pada kehidupan yang materialis, hedonis, permisis dan seterusnya. Hanya mementingkan kesenangan dan kenikmatan hidup dirinya semata. Dan menolak keras kehidupan tanpa kenikmatan dan kesenangan dirinya, bukan diri-Nya.Â
Prinsip kenikmatan (pleasure principle) . Begitu nyanyian Sigmund Freud, seorang pendiri aliran psikoanalisis. Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kecenderungan kuat untuk selalu menginginkan kesenangan dan mencari kenikmatan, dan sebaliknya menolak hal hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan.Â
Tanpa kenikmatan dan kesenangan serupa itu kehidupan akan mereka hayati sebagai hampa, kosong dan tidak bermakna. Kehidupan individualistik, seks bebas, menggunakan narkoba, memperkaya diri sendiri, dan seterusnya.Â
Kesemuanya itu merupakan gejala gejala telah disingkapnya aurat jiwa manusia. Manusia tak lagi memiliki rasa malu-serupa pelacur pelacur yang mengisi ruang ruang publik secara terbuka. Jual-beli kenikmatan dan kesenangan dunia ansich.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H